Jumat, Februari 12, 2010

Target hidupku ternyata masih amburadul :(

 
Setelah melihat VIDEO MOTIVASI  di site-nya Julianie_ a journey, aku seperti menerima suntikan ruhani kala futur.  Lalu setelah shalat isya, aku bongkar-bongkar rak buku, mo cari-cari buku lama yang sekiranya isinya lupa hingga bisa kubaca ulang lagi malam ini.
 Tidak sengaja aku menemukan buku tulis sewaktu jaman masih sekolah dulu... Tidak ada yang istimewa  bagiku dari buku ini kecuali isinya yang kebanyakan coretan-coretan catatan pribadiku waktu itu.  Ada daftar barang² penting dipinjam kawan, daftar Utang-Piutang [biasalah anak pondok  Photobucket ] , jadwal dan janji² penting, catatan penjualan buku² GIP dan MataPena, jadwal pertemuan Tim Redaksi Jurnal, Schedule Harian, Form Evaluasi Harian, coretan² lirik lagu tak jelas, dan yang terakhir... Daftar Dreams alias mimpi-mimpi alias keinginan².  Aku ingat, aku menulisnya saat aku masih awal duduk di bangku kelas tiga MA. Aku sangat ingat, awalnya aku ingin membuat coretan itu karena cita-citaku untuk kelak bisa kuliah di Design Komunikasi Visual begitu menggebu. Tampak tanggal penulisan dan tanda centang di beberapa poin coretan itu yang berarti sudah terealisasi.


Sekarang, setelah lebih dari dua tahun berlalu dari awal guratan coretan itu, aku tercenung kembali. Betapa aku tak membuat lagi coretan target-target hidup lagi pasca dilarangnya aku mengambil beasiswa Ilmu Komunikasi di Paramadina oleh ortu. Saat itu betapa aku merasa hari-hariku terus digayuti mendung, aku begitu merasa down. Aku merasa, sekeluarnya dari PPs aku pasti dinikahkan oleh ortu.
Setelah out dan pulang, ternyata tunanganku langsung mengajak menikah. Bukan untuk satu atau dua tahun lagi, tapi  bulan depan paling lambat tiga bulan ke depan!!!  Oh No!!! 
Ternyata tidak seburuk yang dibayangkan. Dan Alhamdulillahnya lagi, saat aku sampaikan ke Ortu, mereka tidak berkenan karena menghendaki aku menikah sekitar 2 atau 3 tahun lagi.
Alhamdulillah Yaa Allah...
Dan saat kusampaikan ulang ke -calon misuaku- , dia bilang tidak bisa menunggu. Jangankan 2 atau 3 tahun lagi, setaon lagi ajah ia memilih lebih baik bubar saja. --Baguss!!--
Saat kutanya alasan kenapa seburu-buru ini, ia bilang karena sudah kelamaan tunangan [empat tahun, uyy] , dan malu kawan²nya sudah banyak yang berkeluarga. "Sungguh bukan alasan jelas," gerutu Qolbu-ku [cieehh]
Finally, hubungan kamipun berakhir... Tak ada kesedihan sama sekali di kalbu justru bertebaran semangat lain yang terbit di ulu. Aku pun merajut mimpi-mimpi kemarin yang belum tuntas.
Pertama, Kerja, mungkin di pabrik mengingat daerah rumahku yang baru berada di lingkungan industri. Banyak pabrik di sini.
Kedua, Kuliah, program ekstensi atau kelas karyawan lah biar hemat
Ketiga, Nabung, buat bantu-bantu utang-piutang ortu.
KeEmpat, keLima, keEnam, keEntah... Aku harus lebih produktif lagi sekarang. Tidak hanya ngerem di rumah tak berkembang seperti ini.

Dengan semangat yang tersisa, aku pun mulai mengurus KTP --ampir kepala dua masih belum punya KTP??? Apa kata Pak eSBeYe???--
Well, KTP di tangan, tinggal bikin surat berkelakuan baik ke Kantor Polisi. hopeless...

tapitapitapi, semuanya mesti dipending dulu, kawaaan... Keluargaku semuanya-serumah-beserta-Kak Roni mo pulkam ke Mataram.

Selama 40an hari lebih di sana, rupanya lagi -musim kawin-. Banyak acara hajatan walimahan. Aku berusaha menahan diri untuk tidak makan tettel wajit, wa akhowatuha akibat ketakutan akan mitos -yang ikut makan bakalan cepet ketularan-  Apalagi selama 40an hari lebih di sana, banyak ortu,paman/bibi,kakak, yang datang ke ortu untuk melamar. Mulai dari Bindoro, anak Kepala Desa, ampe Playboy terkenal di kampung. *capedeh*

Aku masih bisa bernafas lega karena ortu tidak meladeni mereka dan always menyertakan kalimat "Maaf, kami nggak akan ikut-ikutan lagi masalah ini, semuanya kami serahkan pada Thiya"  syuuuttt...

Ternyata, rahasia Allah siapa yang tahu? Justru di detik-detik kepulangan kami dari Mataram menuju Bdg, tepat sehari sebelum keberangkatan kami, aku justru diresmikan bertunangan dengan orangyangnamanyasajaakutidaktahuapalagiorangnyaterlebihkepribadiannya...

Hidup..hidup... Kenapa sebegini indah perihnya?  *mijet-mijet kening dan kepala*

Tidak perlu aku catat kekecewaanku atas -pengkhianatan ucapan- mereka yang kesekian kalinya. Tidak perlu kucatat pula tangisku dan tidak ada satupun yang mendukungku. Semua paman, bibi, aa', mbah hanya mengusap-usap kepalaku sambil menasihati " Jangan ngomong apa-apa sama ortumu, terima saja"  --air mata malah makin banjir--

Semua cukup kucatat di hati. Ya, di hati.

And than,

Di bandung aku ketemu ia, tunangan ketigaku. Dia sering nelfon, tapi juga sering tidak mengijinkanku shalat terlebih dahulu dan harus melayani telfonnya antara satu hingga dua jam. Pernah satu ketika aku sedang baca buku dan ia menelfonku, ia bilang buat apa buku lawong sudah ndak sekolah lagi.  --tears--

Lalu aku mencoret-coret kertas lagi, memandangi target-targetku di kertas itu...
  • kerja
  • kuliah
  • dll
 Aku coret semuanya. Menahan perih hati.

= = = = = = = =

Hampir dua tahun kemudian,
Aku kembali tercenung. Melamun. Betapa tidak teraturnya rencana hidupku. Yang ada hanya keluhan-keluhan dan ketidakpuasan atas diri sendiri. Tidak bangga pada diri dan sentiasa sempit hati.

Hingga pada suatu senja aku pulang kerja bersama satu gunduk gundah menggayut di hati. Di jalan aku melihat banyak sekali anak-anak jalanan mengamen, gelandangan tak punya tempat tinggal. Betapa banyak kenikmatan yang lupa kusyukuri.


*) gambar yang kuambil di atas angkot

Aku memang sempat kehilangan semangat, tapi bukan berarti semangat itu mati dan musnah. Ia akan hadir lagi. Dan sekaranglah waktunya...

1 komentar:

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ