Minggu, Agustus 01, 2010

Menjelang Ramadhan

Bismillahirrohmaanirrohiim....
Ada raksasa beli pulsa
Nggak kerasa udah mau puasa

Burung kakak tua menclok di jendela
Jangan lupa perbanyak pahala

Ada pepaya dimakan jerapah
Maafin aku ya kalo punya salah

Kenapa harus dengan pantun itu saya membuka cuap-cuap kali ini? Karena saya rasa, saya perlu meminta maaf dulu kepada semua orang yang mengenal saya atau tidak, yang membaca ini ataupun tidak. Cukuplah maaf dari sahabat-sahabat sebagai bekal awal menjalani shaum Ramadhan. Beberapa orang di sekitar saya sudah menghitung mundur datangnya Ramadhan, Mamah di rumah juga sudah pilih-pilih merk sirup yang entah kenapa menjelang Ramadhan mulai sering sekali berseliweran di layar televisi.

Menurut Imam Al-Ghazali dalam bukunya Ihya' Ulumuddin, tingkatan puasa diklasifikasi menjadi tiga, yaitu: puasa umum, puasa khusus, dan puasa khusus yang lebih khusus lagi. Puasa umum adalah tingkatan yang paling rendah yaitu menahan dari makan, minum, dan jima'. Puasa khusus di samping menahan yang tiga hal tadi, juga memelihara seluruh anggota tubuh dari perbuatan maksiat atau tercela. Sedangkan puasa khusus yang lebih khusus adalah. puasa hati dari segala pikiran duniawi serta mencegahnya memikirkan apa-apa yang selain Allah. Puasa level ketiga tadi adalah puasanya para nabi-nabi, shidiqin, dan muqarrabin. Sedangkan puasa level kedua adalah puasanya orang-orang saleh. Puasa tingkat ini yang seharusnya kita tuju untuk mencapainya. --tsaah, kok malah macam bunyai saja daku ini? heheu--

Mencari puzzle yang terserak dan
menyusunnya agar kembali fitrah...
Sebuah perjalanan kehidupan yang kadang membawa kita kepada sebuah keadaan yang tidak kita inginkan. Tak bisa di pungkiri bahwa keinginan-keinginan yang ada dalam diri kita terkadang terasa jauh dari kenyataan.  Begitu juga yang saya rasakan. Ternyata menggapai keinginan itu tak semudah membalik telapak tangan. Ternyata harus ada harga yang harus di bayar untuk mendapatkan sesuatu. Memang tak selalu materi, tetapi pembelajaran yang sangat penting untuk kelangsungan harapan akan keinginan-keinginan mulia kita. Dan puasa adalah sebuah perjalanan hidup, proses, serta pembelajaran juga.

Pembelajaran tentang menyikapi keadaan, tentang proses berfikir, tentang pendewasaan diri, dan sebagainya. Itu semua tak bisa dilalui begitu saja dan kita telah mencapai apa yang kita inginkan. Kata orang bijak, Mind set yang sangat penting dalam menjalani sesuatu. Tetapi, untuk mendapatkan mind set yang benar itupun, tak semudah yang dibayangkan. selalu ada ujian dan tantangan yang harus terlewati sehingga mind set yang kita bangun akan berdiri kokoh tak tergoyahkan. Amiinn!!

Saat-saat menjelang Ramadhan seperti ini, saya terpikirkan sesuatu, yaitu saat berbuka. Ternyata ada makna yang dalam (setidaknya bagi saya pribadi) dalam rutinitas buka puasa. Apa yah maknanya???

Menahan lapar, haus dan segala yang membatalkan sejak Imsak sampai Maghrib. Bukan perkara yang mudah, apalagi untuk mencapai tingkatan puasa yang lebih baik. Tapi kali ini bukan untuk membahas puasa, karena ilmu agama saya sangat awam. Saya hanya ingin mengambil sebuah pelajaran, dari perjalanan puasa ini.

Setelah menahan lapar dan haus sejak pagi, pada akhirnya saat adzan maghrib berkumandang, hati bergembira menyambut waktu berbuka. Dan segala kenikmatan yang tak biasa, akan terasa, meskipun hanya segelas teh manis. Tetapi kenikmatan yang kita dapatkan benar-benar sulit diungkapkan. Setelah saya renungi, apakah perjalanan kita itu tak seperti perjalanan puasa kita seharian? Meskipun lapar dan dahaga menggoda, tapi karena kita punya tujuan, kita punya waktu, sudah ada waktu, dan kita hanya bertahan dalam lapar dan dahaga, serta semua yang membatalkan sampai waktunya. Lapar tetap kita rasakan, haus pun tetap kita rasakan, apalagi kalau ada godaan dari lingkungan sekitar, rasanya lebih berat untuk mengendalikannya.

Menurut saya, begitu juga dengan perjalanan kita dalam menyusuri kehidupan. Pasti ada godaan, cobaan, dan gangguan, akan tetapi, kalau kita tahu bahwa kita pasti sampai di tujuan kita, bahwa ada sesuatu yang menunggu kita untuk mendapatkannya, mungkin beban hidup yang terasa, bisa sedikit terasa ringan. Karena kita tahu, hanya dengan berjalan, berjalan, dan berjalan terus kita akan sampai di tempat tujuan atau keinginan kita.

Semoga saya pribadi bisa mengambil pelajaran ini dengan lebih bijak. Semakin menguatkan saya, bahwa saat–saat rapuh itu mungkin datang, tetapi sebuah pencapaian akan keinginan telah menunggu kita datang. Dan saya selipkan sebuah jadwal kegiatan Ibadah Ramadhan hasil browsing yang tidak disengaja. Mungkin saja bisa untuk menambah catatan planning kita mengisi hari-hari di bulan Ramadhan yang tinggal menghitung hari. Semoga bermanfaat untuk sahabat-sahabat yang telah sudi membaca postingan ini.



Dengan senang hati, saya akan menerima saran, pendapat, dan kritik dari sahabat-sahabat.

Salam hangat dan sukses selalu
~ Thiya Renjana ~

1 komentar:

  1. semoga ibadah puasa kita diterima di sisi Allah sebagai penghapus segala dosa, dan smoga kita dikaruniakan lailatul qodar yang sangat mulia.

    Jadwal yang sangat cerdas untuk menyeimbangi kegiatan2 duniawi2 kita selama ini....

    BalasHapus

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ