Jumat, Juli 08, 2011

Learning Never Last

Bismillahirrohmaanirroohiim...

Howaahhh, akhirnya bisa menyempatkan ngenet di sela menjalani hari-hari sebagai RRT (Remaja Rumah Tangga) *masih pantes kan saya dibilang remaja?*. Karena dengan menjadi perempuan rumahan, saya menjadi jarang keluar. Sebab tidak enak ijin keluar pada ortu. Sekarang kan sudah tidak ada alasan untuk keluaran. Apalagi untuk waktu yang lama. Jadi untuk ke warnet juga jangan keseringan. Tiga hari pertama setelah resign, rasanya berat. Sepanjang hari kerjaan saya hanya baca-tidur-baca-makan-baca. Bermalas-malasan. Apokpak kethibik kata orang Madura. Rasanya aneh saja berstatus pengangguran begini.

Tapi selanjutnya saya sudah mulai menikmatinya. Mempunyai banyak waktu di rumah membuat otak saya menjadi lebih berjalan. Kalau biasanya saya hanya beraktifitas mengikuti schedulle tetap yang monoton. Bangun pagi, mandi, merapikan diri, kerja, pulang, makan, shalat, ngaji, shalat, tidur. Sekarang saya menjadi lebih kreatif menyiasati waktu-waktu luang. Akan kemana hari ini, melakukan apa besok, apa yang harus diubah dari tatanan rumah agar tampak lebih nyaman dihuni, dan... BELAJAR!

Ya, belajar!


Hari-hari saya yang luang memberi saya banyak sekali kesempatan untuk belajar. Belajar apa saja. Belajar bersabar menghadapi keluarga, belajar mengurus rumah, belajar memasak, belajar menghafal surah-surah, belajar mencari inovasi bisnis. Pokoknya terus belajar, jangan berhenti belajar.

Manusia terputus amalnya ketika meninggal kecuali tiga hal, salah satunya adalah ilmu yang bermanfaat. Maka mari belajar, mengajar, membina, membimbing, untuk mengikis dosa-dosa kita yang berkarat. Ini cara pintar untuk beramal sholih :)
 
Cara untuk bisa terus belajar salah satunya dengan mengajar. Dengan mengajar kita bisa mendapat beberapa keuntungan, di antaranya:
1. Kita menjadi semakin pintar karena kembali belajar lagi. Belum pernah ada ceritanya seseorang berkurang kepintarannya sehingga menjadi bodoh dengan membagi ilmu kepada orang lain. Yang ada malah semakin pintar.
2. Mendapat pengalaman dan banyak wawasan dengan banyak kegiatan dan keunikan karakteristik para siswa.
3. Memperluas jaringan pertemanan di lingkungan yang insya Allah baik karena dari lingkungan para pengajar.

Saya berharap saya kelak bisa mengajar juga. Di institusi formal ataupun non formal. Kalaupun tidak bisa, di rumahpun saya tetap akan menjadi pengajar. Sebab bukankah Ibu adalah madrasah bagi anak-anaknya? Lebih berharap lagi kalau calon suami saya kelak adalah orang yang bergerak dalam bidang edukasi. Sehingga kelak ia masih akan mengajari saya tentang pendidikan dan segala hal. Maka hidup berkeluargat idak menjadikan kita berhenti belajar. Thalabul ilma minal mahdi ilal lahdi. *mulai menghayal dot com*

Dan entah kenapa saya lebih sering mengagumi orang-orang yang berprofesi atau bercita-cita menjadi guru. Di mata saya mereka terlihat bijak dan smart. Apalagi yang bisa menyampaikan pelajaran secara baik dengan cara bicara yang cerdas. Suka deh ^_^



Learning for my self, for my life, for my love, for everything, for anything, for everybody, forever...


Pekerjaan paling mulia itu menjadi guru. Hidup kita tidak bisa terlepas dari jasa guru-guru kita. Dari TK hingga Universitas mereka mengajari kita banyak hal. Bayangkan kalau dulu kita tidak pernah diajari Bapak Ibu guru kita di SD tentang baca tulis, kita pasti seperti orang primitif. Buta huruf. Linglung. Banyak orang yang langsung ataupun tidak, berperan sebagai guru di kehidupan kita. Terasa atau tidak telah mengajari kita banyak hal. Yang dekat saja, misalnya orang tua kita. Mereka juga guru kita yang tiada tara. Tanpa terasa kita banyak belajar dari ayah ibu kita. Dimarahi, dibentak, dinasehati. Itulah pelajaran yang berharga untuk kita. Selain mereka berdua, masih banyak lagi. Ustadz ngaji kita, kawan-kawan sepermainan, keluarga, tetangga, semuanya pasti telah memberi kita pelajaran tentang hidup. Mereka juga guru kita.

Kitapun juga bisa menjadi seorang guru. Seperti yang saya bilang tadi, tidak harus mengajar di kelas. Kita mengajari adik kita mengaji, membantu mengerjakan PR, memberi contoh yang baik seperti bangun pagi, selalu rapi.shalat tepat waktu, dll. Kalau adik kita tiba-tiba mengikuti kebiasaan kita, kita juga termasuk kategori guru juga. Jadi intinya guru itu yang mengajari pelajaran baru buat orang lain.

Juga buat yang ingin mempunyai tabungan yang murah meriah tapi bunganya berlipat-lipat di akhirat nanti, paling mudah ya mengajar. Being teacher untuk siapa saja. Yang simpel, misalkan kita memberi tahu adik kita atau siapa saja yang masih duduk di SD kalau bahasa Inggrisnya sepatu adalah "shoes". Kemudian dia menjadi mengerti dan sampai dewasa nanti dia tidak lupa dengan pengetahuan baru yang kita kasih tadi. Asalkan ikhlas dan dengan niat baik akan mendapat pahala 10 kali lipat. Banyak kan? Lagi pula, adik kita tadi kemungkinan besar akan memberi tahu juga pada kawan-kawannya.

"Woii.. tau ngga bahasa Inggrisnya sepatu?" tanya adik kita ke temannya.
"......." teman-temannya geleng kepala.
Maklum, masih SD belum paham bahasa asing.
Kemudian adik kita memberi tahu,
"Bahasa Inggrisnya sepatu itu shoes."
"Oooo.. shoes ya, gimana.. gimana ngomongnya?"
"Syus! Pake 'syin'! Syin.. syin..!" Adik kita jadi pintarkarena kita.

Berarti adik kita mendapat pahala karena dia memberi tahu kawannya itu. Nah, kita pun mendapat pahala karena adik kita tadi. Karena, ilmu yang diamalkan seperti ini masuk kategori ke dalam amal jariyah. Amal jariyah itu, suatu pekerjaan baik, yang kalau diamalkan maka pahalanya akan terus mengalir sampai hari kiamat Setiap ilmu yang kita ajarkan ke orang lain dan orang lain itu mau mengamalkannya, maka setiap dia mengamalkannya kita juga dapat pahala tanpa mengurangi pahala dari mereka.

Lalu kalau teman adik kita tadi ada banyak, dan teman-temannya memberi tahu ke teman-temannya lagi. Teman-temannya memberitahu ke teman-temannya temannya lagi, dapat pahala berapa kita? Hitung sendiri.*brb ambil kalkulator*
Atau adik kita nanti punya anak. Kemudian memberi tahu juga ke anak-anaknya kalau bahasa Inggrisnya sepatu itu shoes. Anak-anaknya adik kita memberi tahu lagi ke anak-anaknya. Anak-anaknya memberi tahu lagi ke anak anak anaknya lagi. Dapat pahala berapa kita?

Lagi. Teman teman teman temannya adik kita di SD juga akan menikah dan punya anak. Kemudian memberi tahu juga kepada anak-anaknya. Dan anak anak anak teman teman teman adik kita memberi tahu ke anak anak anak teman temannya tetangga sekolah dia. Terus terusin sendiri. Dapat pahala berapa kita? Ingat, tadi hanya dari satu kata "shoes". Lha, kalau yang kita kasih banyak hal, banyak pelajaran, contoh-contoh yang baik, motivasi-motivasi. Maka kita cuma bisa bilang, Subhanallah. Tapi ingat, harus dilandasi yang namanya ikhlas. Kalau tidak ikhlas atau karena tendensi yang lain, ya, wassalam.

Jadi memang karunia Allah tidak akan bisa kita hitung, menggunakan alat apapun di dunia ini. Ternyata Tuhan kita baik banget yah, tidak pelit. Kitanya saja yang sering terlupa. Hufff...

D'CozZy Net, Jln Kaum Timur Bandung 
Jum'at 08 Juli 2011M/07 Sya'ban 1432H - 02:50PM

2 komentar:

  1. lama gak mampir...
    jadi kangen ama karya2 sampean...

    Selamat Belajar dari apa saja. Alam...tentunya...

    BalasHapus
  2. hmmm...gitu ya, "belajar dan mengajar"
    sebuah jalan untuk mengumpulkan amal kebaikan yang takkan pernah putus selama ilmu itu diajarkan kembali. meski kita sudah meninggal, amal terus berjalan.
    salam

    BalasHapus

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ