Selasa, Agustus 30, 2011

Lagi, saya dan Rabb Ne Baana Di Jodi

Bismilahirrohmaanirroohiim..



Baru saja selesai nonton India. Ternyata bahasa Indianya Tuhan juga sama, Rabb... Tokoh perempuannya bernama Taani. Kita coba berkisah sedikit tentangnya. Untuk menemukan cinta, sebenarnya ia dia hanya perlu waktu. Tapi perempuan kadang memang lebih dalam mencintai dari laki-laki. Sehingga seolah tidak ada cinta lagi. Taani yang cantik, cara dia tertawa mengingatkan pada seseorang. Beruntung Taani punya suami yang hebat. Bagaimana seandainya bapaknya tidak segera mencarikan dia suami yang hebat? Apa batin dia tidak lebih tersiksa?

"Cinta adalah ketika kau melihat Tuhan dalam diri seseorang. Boleh jadi aku lari dari seorang laki-laki, tapi bagaimana mungkin aku lari dari Tuhan?" Sure. It's the most beautiful quotes in this movie.


Tapi ini hanya ada dalam film. Perhatikan, apa yang membuat Taani benci pada Suri? Karena Taani pikir, dialah yang membuat masa mudanya tak bahagia. Nilai, perilaku, adab. Taani merasa tersiksa jika harus dibandingkan dengan Suri, oleh Bapaknya. Artinya, Bapaknya yang profesor itu, punya analisa yang matang dalam menjodohkan Taani. Lagipun, perjodohan itu ada setelah pengantin pria urung menikahinya karena meninggal. Jadi, tidak ada pilihan lain selain menuruti permintaan terakhir sang ayah. Suri lah yang hebat di sini, murid terbaik Bapaknya yang pada akhirnya berhasil menerbitkan Taani yang baru. Yang mampu mengubur masa lalu.

Raj dan Suri adalah satu. Semua laki-laki dilahirkan untuk menggombal dan romantis. Tapi Suri tahu, Taani sedang dalam duka yang dalam. Dengan menjadi Raj, Suri pura-pura tak tahu dan cuek mengobok-obok hati Taani. Di situ lah kelemahan perempuan. Masih ingat dengan kata-kata Taani, "yang diinginkan perempuan adalah dicintai gila-gilaan seolah tidak ada perempuan lagi di dunia itu selainnya"... kan? Itu yang membuat Raj tergugah, berfikir cara memikat hati Taani. Dan Taani menyukai laki-laki yang mencintainya dengan cara gila-gilaan.

Meski kikuk  begitu, sebanrnya Suri juga romantis. Ingat saat dia menulis memo dan bunga  mawar di meja makan untuk Taani? Tai diurungkannya, Suri tahu dia sedang sedih. Tidak dengan ketika menjadi Raj. Sealim atau pemalu-pemalunya laki-laki, jiwa gombal dan kelelakiannya akan tinggi jika melihat Taani yang cantik. Apalagi istri sendiri. Itulah cerdasnya Suri. Tau siapa dan kondisi Taani. Lalu ketika turun dari kereta. Taani sama sekali tidak menyambut uluran tangan Suri. Taani, terlalu dalam mencintai pacarnya yang mati itu. Dia tak lagi tau apa itu cinta. Suri juga demikian. Untuk mengimbangi Taani dalam waktu sementara.

Pada intinya, kasus saya dan Taani adalah sama. Sama-sama perjodohan. Tapi kisahnya tidaklah sama.

Sehingga ketika menikahpun, Suri tidak memaksa Taani tidur sekamar dll. Dibiarkannya ikut les  tari dan bebas. "Aku akan menjadi istri yang baik, tapi tak akan bisa mencintaimu," katanya. Entah, bagaimana rasanya jika menjadi Suri. Sangat menyesakkan. Taani dan Suri sama-sama derita. Beruntung Taan punya Suri, yang berusaha menumbuhkan rasa cinta Taani meski harus lewat pribadi yang lain. Sedih.

Bagi orang Madura mungkin budaya. Paksa dan paksa. Tapi bagi saya tidak bisa diterima. Kecuali jika laki-lakinya adalah Suri :D Akan lebih istimewa lagi jika mereka tidak memaksa dan meneladani sikap Suri.

Dulu, ketika suami Shafiyyah gugur dalam perang Uhud. Dia adalah perempuan paling cantik di Makkah sehingga menjadi rebutan lelaki manapun, termasuk Abu Bakar dan Umar. Tapi Shafiyyah menolak semua pinangan manapun, dia terlalu mencintai suaminya yang wafat. Para sahabat saling bertikai memperebutkan Shafiyyah. Para sahabat akhirnya diam dan malu, setelah Rasulullah turun tangan dan mulai menyukai Shafiyyah. Dilamarnya dia oleh Rasulullah. Dia bilang, "demi kemaslahatan, aku mau menikah, tapi aku tidak bisa mencintaimu, Ya Rasul." Meskipun Shafiyyah tahu, tidak ada gadis Makah manapun yang tidak ingin dinikahi Beliau.

Di sinilah Suri meneladani Rasul. Bedanya, Rasul tak perlu menjadi Raj. Beliau adalah lelaki sempurna, paling ganteng dan romantis sedunia. Yang berhasil menumbuhkan cinta Shafiyyah dan mengubur masa lalunya.

Mau jadi apa dan bagaimana seorang Taani, Shafiyyah, dan Thiya nanti. Adalaj tergantung pada kebijakan ayah dan suami. Taani, Shafia, Suri, dan Rasul adalah orang-orang yang hebat lagi beruntung.

Quotes :

"Bapakku selalu bilang, hanya gadis yang beruntung saja yang bisa mendapatkan Surinder. Dan asal kau tahu, dia lebih mencintaimu dari padaku" ~ Taani

"Aku rela menikah denganmu. Sehingga aku tak memiliki hak untuk melampiaskan kemarahan, juga kesedihanku padamu, pada Tuhan." ~ Taani

"Aku akan menjadi istri yang baik. Semoga kau bisa bersabar sebentar. Untuk membunuh Taani yang dulu dan menjadi Taani yang baru aku butuh waktu." ~ Taani

"Ada satu hal yang ingin aku sampaikan. Aku tidak dapat mencintaimu. Aku tak lagi punya cinta yang bisa kuberikan pada seseorang" ~ Taani

"Aku tak dapat membayangkan engkau hidup bersanding dengan orang yang tak mencintaimu. Dan jika kau tak mampu, biarkan aku tak menjadi beban bagimu." ~ Taani

"Aku tak tahu cinta itu apa, Taani. Aku tak pernah beruntung untuk dapat jatuh cinta pada seorang wanita. Bahkan aku tak kenal dengan wanita manapun." ~ Suri

"Cara kau menjaga harga diriku di hadapan teman-temanku adalah cinta bagiku. Dan aku tak biasa membutuhkan cinta yang lebih dari itu." ~ Suri

"Kau sangat beruntung, Suri. Tidak pernah jatuh cinta. SEbab tak ada yang lebih menyakitkan di dunia ini selain cinta. Okay, selamat malam, Suri." ~ Taani

"Perempuan dan laki-laki tak akan pernah menjadi sahabat. Sebab setelah persahabatan, datanglah cinta." ~ Raj

"My heart feels event more solace. Because i see God in you. Hatiku terasa jauh lebih damai. Sebab aku melihat Tuhan dalam dirimu. Lalu, apakah Tuhan akan marah jika aku mencintaimu lebih dari Dia, Taani?" ~ Surinder

Film ini akan membuat kita mencintai Taani dan Surinder. Tapi sikap Taani yang masih ketemuan pria lain selain suaminya tidak bisa saya benarkan. Dan tentang perjodohan yang menjadi tema cerita film ini begitu membekas pada diri saya. Teringat pada keluarga besar saya. Saya tidak habis pikir dengan cara pandang orang-orang tua. Memang, mereka berhak menikahkan dengan siapapun. Tapi saya juga berhak menolak dengan alasan yang tak masuk akal sekalipun. Menikah itu seumur hidup. Harus ada seribu pertimbangan yang diseriusi. Taat kepada Allah dan Rasul adalah mutlak. Tapi taat kepada sesama, sama sekali tidak sama. Hanya patuh kepada kebaikan, selebihnya boleh diabaikan. 

Kata kawan, dalam hal ini, bisa saja saya yang lebih bisa menilai. Apakah orang-orang tua itu dzalim kepadaku atau tidak. Jika dirasa benar, saya harus patuh dan sebaliknya. "Aku nggak pernah mendengar langsung penjelasan dari orang tuamu. Tapi jika semua yang kamu ceritakan itu benar dan begitu adanya. Kamu dalam posisi yang tepat dan perlu diperjuangkan," katanya lagi. Terakhir, istikharah. Petunjuk Allah tak harus dengan mimpi. Tapi akan lebih menakjubkan jika dijawabnya dalam mimpi, kemudian dikuatkan dengan hati. Baik atau buruk, kamu yang lebih tahu.

Perempuan patut bertanya. Anugerah apa yang dia dapat dari sebuah pernikahan? Sementara kebahagiaan tak mungkin digadaikan dengan milyaran uang sekalipun.

Wallahu a'lam...

Thank's to Muhammad Anis Mansour.
Red Zone, Jalan Bojongsoang 62 Bandung
30 Agustus 2011M/30 Ramadhan 1432H

1 komentar:

  1. Subhanallah..
    Kamu adalah Sebaik-baiknya wanita...
    Senyummu mirip Taani.

    BalasHapus

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ