Bismillahirrohmaanirroohiim...
Saya sempat tidak mengerti apa
maksud kamu. Apakah di pikirmu hati perempuan itu dari tanah liat yang bisa dibentuk lagi
setelah rusak jatuh berdebam. Atau mungkin pura-pura lupa kalau hati perempuan
adalah rapuh. Kalau tidak bisa membahagiakan, setidaknya janganlah membuatnya
berairmata.
Tak pernah kan kamu tahu, seperti apa tidak
mudahnya melupakan kamu? Tidak pernahkah kamu mau tahu, seperti apa kesalnya saya setiap senang kamu sapa
tapi kamu selalu saja langsung menghilang kembali setelah bosan?
Lihatlah sekarang. Seperti tidak pernah meninggalkan, kamu
kembali dengan tanpa wajah bersalah. Datang dan pergi begitu saja,
menghempas-hempas perasaan. Aneh sekali. Kamu menyuruh saya begitu
banyak untuk dilupakan. Sekarang kamu menguliti lagi cuil demi cuilnya ke permukaan. Saya
terheran kamu masih mengingat apa yang pernah susah payah saya buang. Tentang
pertanyaan saya setiap gerimis senja, tentang perhatianmu ketika saya sakit,
tentang diskusimu meminta pendapat saya bagaimana alternatif mengajar yang tak
menjenuhkan, bahkan cemburu.
Tentu saja saya hanya bisa menjawab
sekenanya yang saya tahu. Tak lagi terperinci atau bersusah payah mencarikan
jawaban yang dapat memuaskanmu hingga lupa diri sendiri seperti dulu. Semacam
jera, saya tidak ingin melakukannya lagi untukmu. Masih tak bisa saya lupa,
ketika kamu hanya datang saat butuh dan menghilang setelah kebutuhanmu tunai.
Hanya saya dan Tuhan yang tahu bagaimanakah rasanya.
Dulu, katakan saja ini semacam dendam, saya
sering berharap kamu merindukan saya dan menyesal. Kalau ternyata harapan itu
malah menjadi kenyataan sekarang, memang tak akan mengubah apapun. Perasaan
saya tidak berubah. Hanya agar kamu paham, tidak semua perempuan bisa memaafkan
dan bersedia seperti itu kamu perlakukan.
Bukannya saya lantas membencimu. Bukan
seperti itu. Saya masih menyayangimu, sebagai teman, seperti yang lain, dan
tidak lagi menginginkanmu menjadi milik saya.
Dan memang tidak akan mengubah perasaan
saya karena perasaan saya bukan untuk kamu lagi. Saya pernah mencintaimu, tapi
sebagai masa lalu. Sedang masa depan saya adalah dia, seseorang yang selalu ada
dan menerima apapun keadaan saya. Dan sekuat apapun usahamu memberi perhatian
lagi tidak akan membuat saya goyah. Saya teramat mencintainya, sangat lebih dari
pada dulu ketika saya pernah cinta kamu. Dan saya yakin cintanya lebih dalam
kepada saya, lebih jauh dari cintamu kepada saya dulu. Semoga kamu mengerti,
bila kini kamu menyesal karena ada orang yang sangat mencintai saya, ingatlah,
saya pernah memberi kesempatan itu padamu.
Bandung, 02032012
Subhanallah.. hampir semua postingannya Menghujam jantung.. ckckck gue banget mbak..
BalasHapusMasa sih??? yang ada di kepala saja...
BalasHapusterima kasih kunjungannya ke gubuk maya saya ini yah :)
Sepertinya, mba tiya ini, . . .. memiliki banyak pengalaman mencinta ya :)
BalasHapus