Sabtu, Juli 07, 2012

Every King Needs a Queen

Bismillahirrohmaanirroohiim...


Siang kemarin, saudara saya yang baru saja dua tahun menikah bercerita tentang uang hasil kerja yang seharusnya untuk disetor ke pabrik dan sisanya untuk makan keluarga pada hari itu, ludes tanpa sisa oleh suaminya karena kalah judi bola pada malam harinya. Si istri, tentu menegur suaminya, mengibaratkan untuk bertaruh di rumahnya dulu baru setelah ada lebih silahkan bertaruh apapun di luar. Kebetulan, pada saat itu orang yang memegang kekuasaan tertinggi di rumah saya juga berada di situ. Dia membela suami saudara saya itu. Katanya, perempuan tidak bisa begitu, perempuan bisa apa, perempuan harus diam saja apapun yang dilakukan suaminya karena segalanya terserah kehendak suaminya.


Di sini, saya ingin membantah yang akhirnya saya urungkan karena pasti percuma. Orang-orang seperti ini tidak bisa didebat. Hanya saja, terlepas dari keterbetulan saya berjenis perempuan, seandainyapun saya bukan perempuan, logika saya tidak bisa menerima. Ini bukan membicarakan idealisme atau ketimpangan gender walaupun di kasus ini jelas-jelas terjadi. Tapi pernyataan di atas itu seolah menganggap perempuan hanya hiasan atau pesuruh saja di rumah, bukan sebagai pendamping dan tidak ada gunanya.

Mungkin dia tidak pernah membayangkan bagaimana hidupnya bila tidak ada perempuan yang tulus melayaninya, istrinya. Kalau mau dihargai istri, maka hargailah istrinya. Sebab seorang Raja sekalipun membutuhkan seorang Ratu di sisinya. Sekuat apapun seseorang, dia tidak akan pernah mampu sendirian.

Sederhananya, kita saling membutuhkan dan melengkapi. Seperti kata seseorang, laki-laki mengutamakan kekuatan dan tubuhnya, sedangkan perempuan mengutamakan pikiran dan perasaannya, yang keduanya saling menggenapkan. Percayalah, Islam mewajibkan setiap laki-laki menghormati perempuan karena tanpa perempuan mereka juga tidak bisa apa-apa. Contoh kecil yang  tidak bisa dianggap kecil, siapakah yang akan kita mintai pendapat dalam kehidupan sehari-hari, siapakah yang menjahitkan kancing baju yang terlepas, siapakah yang menyiapkan makanan kala lapar, siapakah yang berusaha menenangkan ketika suami lelah dan bete bekerja, dan lainnya. 

Jika kita bukan orang sembarangan, janganlah berbicara sembarangan.
Maafkan jika saya salah :)

Bojongsoang, Bandung.
07072012M - 01:48AM
 

1 komentar:

  1. yang kerja istrinya tapi sama suaminya dihabiskan aja udah salah, ditambah lagi dihabiskannya untuk taruhan? Masya Allah suami yang seperti ini harusnya tidak dibela, parah banget -_-

    BalasHapus

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ