Minggu, Oktober 14, 2012

It's Hard For Me

Bismillahirrohmaanirroohiim...

Dia meminta maaf. Terpatah-patah, namun bersikeras menjelaskan gundah hatinya. Sepasang mata lain memandangi layar selular di tangan, mencoba mengerti lalu memberikan harapan. Sangat tidak suka keadaan ini. Karena di dalam dada keduanya, merasakan ngilu di hatinya, lalu pergi menghilang. Atau lebih seperti menghindar. Dia terlanjur menunduk. Agar kamu tidak melihat matanya terpejam setengah detik menahan luka. Tidak bisa menyentuh ringan dahimu atau sekedar berkata, "maafkan aku sekali lagi, kamu hati-hati." sambil menepi di bawah airmata dan sesak dada. 

Dia bersiap bila kapan saja kamu masih membawa kekesalan hingga kembali. Tapi ternyata satu tarikan senyum mengembang renyah. Dia hampir bisa mendengar tawa darimu sudah. Mendadak ia mengerti, panas dan pengap memang selalu menipu. Dingin yang menyamar menjadi ini dan itu. Hanya saja, dia menjadi mahfum, bahwa kembara hanya takluk pada musim. Menjanjikan diri, ia akan berusaha meminimal kesalahan semampu diyakini. Bahwa kadang dia tak pernah mampu menjadi sempurna untukmu. Bahwa dia sedang belajar dengan dituntun ataupun tidak dituntun dalam mendaki aral bersamamu.

Seguyur inspirasi mengantarkannya di sini. Untuk gelisah magma yang menjelma bulir-bulir kebijakan tiap-tiap hari, dia hanya mampu menetesinya dengan hening air mata haru. Tidak banyak keinginan, selain bisa menuntaskan tumpukan manuskrip yang mengamprak tidak rampung. Ia mengotori pikirannya dengan setumpuk adegan berarakan. Jikanya awan, maka sungguh hancur-hancuran berantakan nyaris abstrak. 

Kemudian setiap kemarahanmu menghilang pergi, dia tidak punya pilihan lain; selain bahagia. Seperti melanjutkan dulu awal jatuh cinta yang perlahan, namun tanpa batas.

Jakarta Utara, 14 Oct 2012

1 komentar:

  1. "kesuksesan bukanlah tak pernah jatuh namun senantiasa bangkit di ketika jatuh"

    BalasHapus

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ