Senin, Januari 07, 2013

Habibie & Ainun

Bismillahirrohmaanirrohim...

Saya tidak sangka bahwa hubungan antara dua insan manusia demikian dahsyatnya dan indah tapi perih
BJ Habibie (Mata Najwa - Separuh Jiwaku Pergi)



Ternyata obat mujarab untuk sakit saya adalah jalan-jalan, refreshing. Terima kasih kepada suami saya atas "Habibie & Ainun the movie"nya. Karenanya saya langsung sehat segar bugar cerah berseri merona berbinar-binar cettar membahana. Siap beredar kembali berkarya di dunia maya, hahaha.

Jauh sebelum film ini tayang di bioskop, saya sudah memasukkan buku Habibie & Ainun ke book wishlist saya. Sayangnya, ketika itu saya sudah tidak memiliki penghasilan sendiri sehingga mesti berhemat dan kesulitan membeli buku-buku lagi. Dan akhirnya, suami tercinta mewujudkan untuk membacanya dalam visualisasi berbeda, yaitu menonton filmnya.

Awalnya saya sempat penasaran sekali dengan film ini, seperti halnya dulu saya sempat ingin sekali membeli dan membaca bukunya. Sayang, setelah menontonnya kok terasa tidak sedramatis yang saya bayangkan. Gembar-gembor promosi di media cetak dan elektronik juga dari rekomendasi banyak kawan membuat saya berharap mendapat sajian yang "wah" dari film ini. Setidaknya romatisme yang mengharu-biru lah. Tapi yang saya tangkap hanya kisah cinta yang lurus-lurus saja. Habibie mendapatkan Ainun yang menjadi primadona dengan nyaris tanpa perjuangan. Semuanya terjadi lancar-lancar saja.

Tidak ada ketegangan atau adegan klimaks, hanya ada beberapa adegan yang memperlihatkan sosok antagonis si pengusaha bernama Sumohadi. Yang itupun kurang membuat greget. Membuat kita saat menonton film ini akan menjadi sangat tenang, sedikit sekali berekspresi.


Di luar itu, saya mengagumi kisah nyata Bapak Prof. Dr. H. Bachruddin Jusuf Habibie ini. Diceritakan dalam sebulan beliau hanya tidur satu jam demi menyelesaikan pekerjaan negara. Seperti yang beliauy katakan dalam bukunya, "Pak Harto juga berpesan agar saya harus mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan diri saya sendiri, kepentingan keluarga, dan kepentingan golongan. Itulah Pak Harto yang saya kenal." Timor-Timur lepas juga bukan murni salah beliau. Ada yang bilang Habibie yang menjualnya padahalk Tim-Tim lepas karena pilihan rakyat Tim-Tim sendiri setelah melalui jajak pendapat.

Pesan moral yang dapat saya tangkap dari keseluruhan film ini adalah sebuah kesetiaan yang diunggulkan. Kesetiaan pada cinta, pada keluarga, pada negara. Bagaimana seorang yang telah belajar di negeri orang dan berhasil, namun memiliki hasrat yang besar untuk membuat negaranya maju.

“Bangsa ini dapat menjadi besar, hanya saja mereka tidak pernah percaya” seru BJ Habibie sambil tertegun di samping N250 yang saat itu hanya teronggok sendiri dan kotor menjadi barang pajangan di IPTN, Bandung. Kejeniusannya. Menemukan terobosan-terobosan baru dalam perkembangan transportasi seperti halnya kereta api dan pesawat terbang. Disia-siakan negara kita hingga ia kembali lagi ke Jerman, tempat ia lebih dihargai. Sampai-sampai sepulang dari menonton film ini, suami bilang ingin menjadi seperti BJ.Habibie. hihihi.

Indonesia itu tidak akan bisa menghargai anak bangsa yang jenius kalau di otaknya hanya ada kekuasaan. Cuma kekuasaan yang mereka rebutkan. Meski memang kita tidak pernah tahu akan kebenaran, apakah Habibie adalah orang yang bersih atau tidak, apakah citra baiknya dalam film ini benar, namun di luar semua itu banyak hal tak ternilai yang ada dalam film ini.

Satu kekurangan yang paling mengganggu. Kenapa di film ini banyak sekali adegan ciumannya? Sedikit-sedikit ciuman, sebentar-sebentar ciuman :-/ Apa tidak ada cara lain untuk menunjukkan romantisme pasangan tanpa harus berciuman berkali-kali, misalnya melalui gesture, kata-kata, ekspresi, tatapan yang lama seperti dalam film-film Habiburahman el-Shirazy dan lainnya. Adik saya yang baru lulus SD ingin sekali menonton film Habibie dan Ainun juga. Tapi masa iya dia harus melihat adegan-adegan begitu berkali-kali? Hemmpphhh...

Ada puisi fenomenal milik Habibie
Habibie's Love Letter

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.

Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang. Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada. Aku bukan hendak megeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang, tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik. Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.

Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya, kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
Selamat jalan sayang, cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
Selamat jalan, calon bidadari surgaku ….

B.J. Habibie



Quote :

Terimakasih Ya Allah, engkau telah lahirkan saya untuk Ainun dan Ainun untuk saya.
Terimakasih Ya Allah, engkau telah pertemukan saya dengan Ainun dan Ainun dengan saya.
Terimakasih Ya Allah, engkau telah titipkan bibit cinta, sejati, sempurna untuk kita.

- Habibie pada Ainun

Kita itu ibarat kereta yang melewati terowongan. Panjang dan gelap. Tapi, setiap terowongan itu ada ujungnya, setiap ujungnya pasti ada cahaya. Saya berjanji, saya akan membawamu ke cahaya itu. - Habibie pada Ainun

"Aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau di sini."
- Habibie dan Ainun The Movie

"Kalau aku harus mengulangi hidup lagi, aku tetap akan memilih kamu."

— Ainun

“Aku tidak bisa berjanji untuk menjadi istri yang baik. Tapi aku berjanji akan selalu mendampingi kamu.”

— Ainun

The big you and the small I.
(alm.) Ainun Hasri to B.J. Habibie



Jakarta, 07012013

2 komentar:

  1. terima kasih, saya jadi tahu pesannya Habibi Ainun tanpa harus beli buku.

    terus berkarya dengan bakat yang sangat istimewa itu.

    BalasHapus
  2. pengen tau donk link yg ngasih download-an ebook nya buku ini...

    BalasHapus

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ