Kamis, Januari 21, 2010

Jenuhkus BeratUs Tingkatus Tinggius

Sungguh, aku kembali merasa kesepian. Aku jenuh! Dengan aktifitas monoton sejak bangun tidur hingga tidur lagi. 7 hari seminggu. Tanpa kawan. Rasanya menjemukan! Aku sudah sukses kena sindrome Jenuhkus BeratUs Tingkatus Tinggius. Akut.
Hari ini, dua kali aku aku kena tegur orang-orang yang aku percaya mereka menegurku karena sayang padaku, karena tak mau aku rusak oleh sifat-sifat nggak baik. Pertama karena status atau koment-komentku terkadang seolah menyanjung diri sendiri (baca: narsis) dan itu berpotensi menggelincirkan aku ke jurang kesombongan. Kita tahu Allah benci pada orang yang sombong. Naudzubillah. Salah satu contohnya, aku bertanya pada kawan facebooker; 'pantaskah aku pakai kacamata?' Mungkin pertanyaan ini terlihat seperti; 'aku cantik ya pake kacamata?' Padahal maksudku, kalo aku pake kacamata pantas ato tidak? Pantas ato malah tampak aneh? Karena pekerjaan yang menuntut ada di depan PC dari pagi sampai sore 7 hari seminggu bikin kesehatan mataku menurun drastis. Melihat benda atau tulisan dari jarak sekian (tidak terlalu jauh) sudah buram.
Yang kedua, statusku yang menceritakan aku sudah merusak baju Mamah. Ia menegurku, karena tak pantas privasi keluarga diobral di status. Padahal apa memang baju Mamah punya privasi juga? Padahal ya baju Mamah bajuku juga. Karena postur tubuh hampir mirip hanya beda lebih gemuk Mamah lebih tinggi aku, kami sering join-joinan celana, baju, kerudung.
FB, sepertinya ku harus membuat peraturan khusus dalam bermain FB. Dilarang ini dan itu. Tapi sekuat-kuatnya aku berusaha nge-rem, ternyata masih ada ajah yang kebobolan. Sekarang yang ada di pikiranku aku akan belajar menyetop FB. Ternyata FB nggak aman buatku. FB juga bukan duniaku. Aku dulu merasa FB adalah duniaku karena di sana aku menemukan kawan-kawan SD, kawan-kawan santri, juga saudara-saudaraku. Walaupun berkali-kali aku dilarang maenan FB dengan alasan haram, banyak cowok nyapa, banyak cowok godain, banyak diliat cowok. Dan berkali-kali pula aku abaikan. Aku tak rela keluar dari FB. Semua kawanku ada di sana. Bahkan FB yang sudah berjasa menyambungkanku dengan kawan-kawan masa kecilku, menyambungkanku dengan guru-guruku. Aku tak rela!

Dan hari ini aku terpaksa berfikir untuk menyetop FB, toh sekuat apapun aku menahan diri, aku sering kebobolan juga. Mungkin aku belum siap karena belum ada yang mengontrol aku. Berkali-kali ditegur tapi aku masih tak paham juga salahnya dimana. Karena tak paham itulah, mungkin memang aku yang telah salah. Nyatanya FB juga bukan duniaku.


Duh malah ngalor-ngidul gini. Kesimpulannya aku jenuh. Aku ingin refresh otak. Ingin tertawa-tawa dengan kawan-kawan seperti jaman sekolah dulu. Kawanku sekarang hanya PC, TV, buku, dan hape. Aku ingin kawan yang nyata. Yang bisa aku tanyain pendapat pantas nggak aku pakai kacamata? Lalu merundingkan solusi lain kalo emang nggak bisa pake kacamata (duit dari mana buat beli kacamata, coba?) Yang bisa kutanyain gimana nih aku ngerusak baju Mamah, aku ganti ama apa ya enaknya? Yang bisa aku berbagi segala hal tanpa dianggap berlebihan. Aku ingin kawan. Aku ingin teman. Nyata. Tepat di depanku. Yang  bisa menggenggam tanganku tiap aku ingin bercerita segala hal. Seperti jaman sekolah dulu. Terkadang, keinginan menikah begitu menggebu. Agar aku ada kawan setiap saat. Ada pundak untuk berbagi. Ada yang menemani tiap ku pergi. ada yang menjaga dari celotehan-celotehan usil tukang ojek tiap kumelintas pos ojek kala pulang kerja sendirian. Ada yang menemani nonton yang seumur hidup aku belum pernah tahu bentuk bioskop itu kayak apa. Ada yang mengantar ke toko buku karena daerahku sekarang nggak ada toko bukunya.

Ah, ngomong apaan sih ini? Jam udah menunjukkan angka 1 lewat 30 menit dini hari. Aku ingin tidur. Tapi masih saja ada yang berdesakan di mataku. Aku nggak boleh menangis. Aku ga boleh mengeluh. Apa kata dunia? Thiya itu udah tua! Nggak pantas cengeng. Sungguh bukan bermaksud tak mau terlihat jelek saat menangis. Walau bagaimanapun, aku tetap seorang perempuan. Aku tetaplah perempuan...

= = = = = = = = = = = = = = = =

Terima kasih untuk semuanya. Kumohon jangan bosan menegurku, memperhatikanku.  Semuanya berarti untukku. Tulus hatiku berterimakasih. Sungguh. Semoga kita termasuk hamba yang berserah diri dan selalu memperbaiki diri.

Aku ingin punya teman, tanpa dibatasi. Aku ingin punya teman. Aku ingin punya teman. Aku ingin punya teman......

2 komentar:

  1. Akulah yang akan menjadi sahabatmu, Dee.
    Meski hanya dalam sunyi, yakinlah, kita akan abadi.
    Selamanya, terpatri dalam hati...

    BalasHapus
  2. Terimakasih, Ka... Ini berarti buatku. Sungguh.

    BalasHapus

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ