Jumat, Mei 14, 2010

dari Buku Diary hingga Diary Virtual [part 1]

Saya ingat betul, saya sudah punya diary pribadi sejak kelas dua Sekolah Dasar dan sejak itu juga saya mulai hoby mengoleksi aneka diary yang menurut saya lucu-lucu dan unik desainnya. Saya sudah biasa menulis apa saja yang ingin saya tulis saat itu. Seperti halnya anak-anak lain, saya lebih banyak menulis tentang sahabat-sahabat saya, tentang hari-hari di sekolah dan di rumah, juga tentang perasaan-perasaan terpendam pada lain jenis (anak muda jaman sekarang menyebutnya cinta monyet).

Kebiasaan saya menulis dan mengoleksi diary berlangsung hingga kelas tiga Madrasah Aliyah (setara SMA) dan isinya masih itu-itu saja. Berputar pada masalah perasaan, emosi, puisi dan dokumentasi kegiatan harian. Jadi bisa dibayangkan banyaknya jumlah koleksi diary saya. Sebenarnya saya tidak pernah tahu persis jumlah diary saya itu karena seringkali saya berikan sebagai hadiah pada sahabat-sahabat perempuan saya yang ulang tahun dan saya sedang tidak punya uang lebih untuk membelikannya kado.

Kalau kebetulan sedang membaca ulang tulisan-tulisan lugu saya di diary, rasanya menyenangkan. Perasaan saya yang sedang marah, kesal, jengkel, sebal, kalut, senang, bahagia, berbunga-bunga dan lainnya terekam sempurna pada setiap episode cerita yang saya tulis. Dan saya bisa melihat dengan jelas betapa cara penulisan saya mulai membaik dari waktu ke waktu. Bahasa pada diary-diary masa kecil saya begitu lugu, lugas, jujur, tidak ditambahi embel-embel apapun., dan terkadang malah memakai bahasa elu-gue.

Dan mulai ada perubahan saat saya menginjak bangku Madrasah Tsanawiyah (setara SMP). Gaya bahasa saya juga sudah jauh lebih baik dari jaman SD dulu, karena saya semakin menyenangi mata pelajaran bahasa Indonesia terutama kegiatan mengarang. Juga saya sudah memakai bahasa ‘kau-aku’. Kala itu saya sudah diekspor ke Pondok Pesantren sejak lulus Sekolah Dasar. Kehidupan pesantren yang serba teratur dan hidup bersama-sama memaksa saya mengubah gaya tulisan saya. Dengan alasan keamanan, saya tidak lagi menyebutkan dengan jujur nama-nama tokoh dalam cerita yang saya tulis. Saya memilih tidak menyebut nama siapapun atau menyamarkannya dengan nama laqob dan semacamnya. Ini benar-benar karena alasan keamanan. Karena di Pesantren saya dulu setiap malam jumat akan ada penggeledahan dan razia. Semua foto-foto cowok, surat-surat dari lawan jenis, dan benda-benda terlarang lainnya pasti disita. Diary juga menjadi salah satu sasaran razia. Para security pesantren akan menyita sementara diary-diary santri. Bila menemukan hal-hal yang terlarang maka santri tersebut akan dipanggil ke kantor keamanan dan disidang. Bila tak menemukan apa-apa maka diary itupun dikembalikan dan santri pemiliknya selamat. Alhasil isi dari diary-diaryku pada masa itu mulai sedikit tertutup. Biasanya saya menulis beberapa perasaan saya pada suatu situasi dan kondisi dengan puisi dan diberi keterangan singkat sejarah puisi itu lahir. Ini lebih aman dan saya pun masih bisa mengingat dengan jelas kejadian yang digambarkan oleh puisi tersebut.

Pada masa MA (Madrasah Aliyah) tidak jauh berbeda dengan masa MTs lalu. Perbedaan mencolok hanya terletak pada gaya bahasa menjadi ‘saya-kamu’ dan semakin seringnya saya menulis. Saat itu, rasanya saya ingin mencatat setiap detik, menit, jam, dan jengkal hidup saya yang semakin padat. Saya pikir, kegiatan-kegiatan saya yang jauh lebih sibuk dari saat jaman MTs harus diabadikan.  Hari-hari saya semakin sibuk dengan banyak kegiatan organisasi dan non-organisasi, formal dan non-formal. Setiap malam sebelum berangkat ke alam mimpi saya selalu sempat menulis hari-hari saya yang sedih, kesal, bahagia, bahkan yang datar-datar saja tidak ada kesan apa-apa. Ada kepuasan tersendiri setelahnya. Saya bisa mengingat kembali apa saja yang telah saya lakukan satu hari itu, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan apa saja yang sudah saya perbuat untuk kemudian saya perbaiki esok hari. Mengingat-ingat hal-hal baik apa yang sudah saya kerjakan satu hari itu sebagai cambuk untuk berbuat lebih banyak kebaikan keesokan harinya.

bersambung....

~ Thiya Renjana ~
di tempat kerja, Palasari. 14/05/2010 11:20 AM
--mencoba menulis panjang lag. Corat-coret iseng, usaha melupakan sejenak bad mood kehilangan duit orang tadi pagi--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ