Barangkali disinilah kita berada kini.
Terhimpit jarak yang jauhnya dipisahkan hanya dan oleh keseganan aturan.
Siapa yang memperkenalkanmu selain waktu dan kehendak yang tertulis?
Sesungguhnya aku belajar mengeja tiap kemungkinan.
Alam yang menyertai mengungkap bagaimana seorang perempuan bertanggung jawab atas tiap pilihan hidup yang ia lepaskan.
Kini hanya rindu yang kumiliki.
Tapi rindu yang sudah pasti penuh dengan doa suci.
Rindu yang memipihkan dinding-dinding besi.
Rindu yang membuatku selalu berani menatapmu lebih dari angan dan mimpi.
Dan pasti engkau akan selalu bisa melihatku tetap berdiri di pelabuhan itu untuk menunggu.
Aku tahu. Aku sadar.
Dan aku siap menyambutmu untuk berlabuh beriringan...
Kita masih saja menerjemahkan perpisahan dengan kata-kata. Berharap saling memberi kabar dan mengirim doa, agar jarak dan jeda sekian di antara kita akan terlupa...
Karena akhir, memainkan hati. Sebelum ia pergi, lama sekali.
--Pagi hari dengan backsound suara ribut-ribut Tuan besar di lantai bawah.
Ditemani segelas Karikade dan Habbatus Sauda'--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ