Bismillah....
Pertemuan kami sebenarnya singkat saja. Tak lebih dari sejam. Sebenarnya saya ingin meminta ditemani -seperti janjinya- untuk keliling Bojongsoang, mengurus dari satu kantor desa ke kantor lainnya. Kantor Desa, Polsek, Kantor Kecamatan, Puskesmas. Mengurusi pernak-pernik persyaratan surat lamaran. Menemui pejabat-pejabat daerah, sekalian menyisir desa Bojongsoang, tetapi kenyataannya lain setelah takdir memaksa mereka terlambat menunai janji. Saya justru bersyukur, saya jadi punya keberanian menghadapi pejabat-pejabat desa itu sendirian.
Lokasi: Kantor Kec. Bojongsoang Senin, 26 Juni 2010 |
Mereka menemui saya di kantor kecamatan, setelah mulai dari lapangan Zipur hingga pertigaan Cikoneng dipandu saya lewat telepon. Ia tak banyak bicara. Duduk di samping teman perempuannya sambil memainkan handphone, entah ada yang ia kerjakan dengan handphonenya entah tidak.
Di dalam sebuah stand penjual susu favorite saya, kami lagi-lagi lebih banyak diam daripada saling berbicara. Ia memang pendiam, sedangkan saya tidak punya bahan untuk bicara. Saya bukanlah seorang yang ahli menghidupkan pembicaraan. Tapi pertemuan singkat itu membuat saya sekarang mengeluh, kata Surinder Sahni dalam film Rab Ne Bana Di Jodi, bahwa perempuan dan laki-laki tidak pernah bisa menjadi sahabat. Itu yang saya khawatirkan. Masih ingatkah ia dengan pesannya dulu bahwa hanya mau menjadi temanku, fillah wa lillah...
Memang tak ada yang bisa disalahkan dalam hal ini. Seperti bait kalimat di dalam novel Derap-Derap Tasbih yang ia pinjamkan pada pertemuan ketiga, Cinta tidak pernah salah, sepanjang kamu berani jujur, dan berani menjalaninya. Tentu dengan resiko yang harus kamu tanggung. Sayangnya saya tidak mau ini sekarang karena satu alasan yang semua sudah tahu.
Hanya satu yang saya pikirkan, saya percaya, jika cintanya cinta sejati, maka cinta itu akan menuntun ia ke arah sana dengan sendirinya. Tanpa paksaan, tanpa rencana, apalagi pura-pura.
Hanya satu yang saya pikirkan, saya percaya, jika cintanya cinta sejati, maka cinta itu akan menuntun ia ke arah sana dengan sendirinya. Tanpa paksaan, tanpa rencana, apalagi pura-pura.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusT_T
BalasHapusalhamdulllah. lega sudah hati ini. semoga.
BalasHapusmau daftarkah dirimu ibnu suffah sama thiya renjana ? ^_^
BalasHapus