Jumat, Agustus 20, 2010

Ordinary Just Little Notes

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Lokasi: Jalan Raya Palasari, Dayeuhkolot, Bandung

Paling malu kalau sudah ditanya: "Puasa udah sekian hari nih, udah dapet apa aja? Udah merasa apa aja?"

Saya seperti tersentak dari tidur. Betapa beberapa hari di bulan ini saya belum mendapatkan apa-apa, belum merasa ada perbaikan diri selain masih seujung kecil kuku. Tak terasa sudah memasuki hari ke sepuluh berpuasa Ramadhan. Ramadhan di setiap tahunnya selalu penuh kenangan, setidaknya selalu bertemu dan berdekatan dengan orangtua dan keluarga merupakan kenikmatan tersendiri bagi saya. Mungkin akan berbeda bagi sahabat-sahabat saya yang sudah terbiasa hidup jauh dari orangtua, tinggal di kampung halaman orang lain. Di mana setiap tahunnya selalu mengikis perasaan rindu akan bisa bersua dengan orangtua dan keluarga. Seperti yang pernah saya alami di ranah pesantren dan mungkin kelak saya alami lagi setelah ikut misua ^_^

Alhamdulillah sekali hari-hari awal di bulan Ramadhan ini bisa dilewatkan dengan keluarga tanpa kurang seorangpun. Aa' beserta kakak ipar menginap di rumah dua hari ini. Dan entah siapa yang memborong, tau-tau di rumah sudah penuh dengan makanan. Sudah macam restoran saja. Bukan mau pamer, hanya sekilas info agar sahabat bisa membayangkan bingungnya saya memilih makanan, yang mana yang mau dimakan duluan. Ini makhluk-makhluk menggiurkan di BUBAR (Buka Bersama) perdana kami.
Pembukanya:
  • madu
  • kelengkeng
  • buah strawberry
  • jus strawberry
  • sup buah
  • kolak
  • jeruk
  • apel merah
  • nangka
  • aneka gorengan
  • aneka dodol buah
  • kue kucur
  • kue nagasari
inti:
  • nasi jagung
  • nasi putih
  • sambal
  • ikan bandeng
  • ikan mas
  • tahu
  • telur ceplok
  • ayam goreng
  • opor ayam
  • sayur
  • cumi-cumi
  • lalapan kacang panjang

Ah, kenapa pula posting makanan di saat puasa begini? Ngiler dah. *meluk pohon*

Seandainya menu seperti itu sebulan penuh, tidak akan tidak mungkin saya menjadi se-Ndut Doraemon, heheu. Anyway, kenapa pula saya harus risau dengan berat badan? Toh, Cantik itu Relatif. Tapi Charming itu Absolut ^^

Pulang Tarawih
Untuk Tarawih, sementara ini masih istiqomah berangkat dan pulang tarawih di masjid Nurul Hikmah Bojongsoang ramai-ramai bersama Ghafur, Ghufron, Fauzi, May, Ayu, Putri, Siti. Dari kelompok cewek ini, saya yang puaaliing besar karena semuanya masih usia SD, heu. Dan mereka semua sodara-sodara saya, Alhamdulillah...

Kini hampir seluruh insan yang saya temui saling berlomba-lomba menunjukkan wajah terbaiknya, teramah, senyum yang selalu terkembang. Di setiap sudut masjid terlihat orang-orang yang khusyu membaca ayat-ayat cintaNya. Walaupun masih sangat sedikit sekali untuk kalangan mudanya. Di tengah waktunya shalat tarawih, anak-anak ABG sibuk dengan hape dan bocah-bocah kecilnya sibuk berlari-lari. Termasuk si bungsu dan keponakan-keponakan kecil di kanan kiri yang sibuk menulis dan mengobrol di kanan kiri. Jujur, pemandangan depan dan kanan kiri shaf saya mengganggu ketenangan saya shalat.

Hari-hari berikutnya, saya merasa belum ada kemajuan yang besar. Apalagi belakangan ini saya sedang kalah. Kalah karena dikuasai amarah. Kalah tak berhasil mengendalikan hati yang patah. Saya terus saja merasa tak salah. Mencari pembelaan diri atas sakit hati pada pelarangan Babeh atas kegiatan yang saya anggap baik tapi justru ia anggap asing.

Bermula dari adik lelaki saya yang diajak ke SMP tempat dimana rencananya kami akan membantu mengisi materi Sanlat. Babeh tiba-tiba melarang. Kata beliau, buat apa ke sana kalau tidak menghasilkan uang? Lebih baik mengajar si bungsu saja di rumah.

Masya Allah....

"Dunia bukan untuk dikejar, Beh..." jerit saya dalam hati. Dan semakin sakit hati saat dengan ringannya Babeh menghawatirkan ini adalah kegiatan keagamaan kurang jelas dan memupuk terorisme yang di media massa diberitakan pelakunya adalah para pemuda berusia belasan tahun.

Masya Allah! Astaghfirullahhal 'adzim.. Astaghfirullahhal 'adzim... Astaghfirullahhal 'adzim...

Saya tak habis pikir dari mana alasan-alasan aneh itu. Sejak kapan ada jaringan teroris anak-anak SMP? Sungguh saya merasa sakit hati. Babeh dengan ringannya merasa paling mengerti soal ajaran agama. Dengan mudahnya termakan isu-isu yang dibuat toghut Densus 88 di media massa. Dengan sinisnya tidak percaya pada anak-anaknya sendiri. Padahal beliau juga tidak memperbaiki diri di bulan mulia begini.

Lalu saya mendapat pesan dari sahabat luar biasa saya beberapa saat selepas berbuka puasa.
"Akhirnya perut yang kosong kini terisi kembali. Dari tidak ada, menjadi ada dan kemudian musnah, itulah hidup. Oleh karenanya, sedihpun datang silih berganti. namun merupakan kerugian kala kesedihan itu menjadikan kita seolah tak berarti.
Dengan adanya bulan suci ini, maka sucikanlah hati dan pikiran kita dari segala kesedihan. Karena Ramadhan ada bukan untuk ditangisi melainkan disyukuri.
Jangan sampai kesedihan pada orang tua merusak hubungan hingga membencinya karena sampai kapanpun jasa mereka tak terbayar."

Astaghfirullah, tidak pantas pula saya menghakimi. Jangan sampai karena amarah saya jadi merasa pintar agama dan merasa benar sendiri. Kalau sampai begitu, lalu apa bedanya saya dan beliau? Naudzubillah wa iyyadzubillah... Ighfirlana Ya Allah, ampuni ketidaktahuan Bapak saya, ampuni hati saya yang tidak berhasil menahan sakit pada orang tua sendiri. Faghfirlii...
"Allahumma innaka 'afuwun tuhibbul 'afwa fa' fu 'anni" 
[Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan menyukai sifat pemaaf, maka maafkanlah segala dosa hamba] *)

Diriku, bagaimana mungkin engkau akan mengubah dunia jadi baik tapi dengan merusak akhlaq sendiri? Ketika seputaran remang-remang engkau bukannya jadi cahaya, tetapi justru menjelma lubang hitam. Sebab kau hanya marah, tanpa pernah menyapa dengan dakwah. Sebab kau hanya melaknat, tanpa pernah menawarkan kenikmatan yang lebih selamat. Sebab kau merasa benar, tanpa menyertakan kerendahan hati..[Salim A Fillah]

Saya ingin pada detik-detik berikutnya, hari-hari selanjutnya lebih banyak lagi air mata ini tertumpah karena rasa takut yang sangat dan ingin semakin mendekat padaNya. Tangisan yang keluar karena kebaikan akan melahirkan benih-benih kebaikan yang terus membersamai perjalanan hidupnya, hati akan semakin lembut, lisan akan semakin santun dalam berkata..

Hari Jum'at di bulan Ramadhan, tentu rugi bila tak merayuMu; kubisikkan sebagian, tapi semoga Kau dengar dengan selengkapnya.
Ada dua pilihan saat bertemu cinta. Jatuh cinta atau bangun cinta.. DenganMu dan karenaMu aku memilih yang kedua. Agar cinta bisa menjulang tinggi hingga ke Jannah-Nya..

Bagaimana catatan Ramadhanmu, sahabat??

~ Thiya Renjana ~
Hayu urang nyiar pangarti
Ngarah Romadhon boga harti
Lihatlah langit yg bersahaja
Berhias awan yg senada
Tenang tanpa duka
Aku ingin seperti langit
Yang tak perlu berlari dan berkelit
...............

--------------------------------------------------------------------

*) Siti Aisyah pernah bertanya kepada Nabi saw. tentang doa yang bisa dibaca jika bertemu dengan Lailatul qadar, Nabi saw. menyuruhnya untuk membaca, "Allahumma innaka 'afuwun tuhibbul 'afwa fa' fu 'anni" 
(Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan menyukai sifat pemaaf, maka maafkanlah segala dosa hamba) -H.R. Ahmad-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ