Minggu, Agustus 22, 2010

Murung, pergilah!

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Dunia ini bukan untuk dikejar dan manusia yang paling baik adalah yang paling berguna bagi manusia lainnya.

Manusia yang paling baik adalah yang paling berguna berguna bagi manusia lainnya 
--HR. Asy-Syihab al-Qadha'i--

Dulu banyak teman, banyak kegiatan. Sekalinya berkedip, mengapa tiba-tiba aku sudah begini tua? Tua oleh waktu.. Tua oleh perasaan. Ah, yang namanya ikhlas harusnya sudah tak ada airmata. Lalu, kenapa masih menangis? Hati, tabahlah..

Tak tahan pada sesak yang menyergap, beberapa waktu lalu saya curahkan secara samar di FB.
Kasihan kau, Gadis. Bahkan keluarga yang kau harapkan mendukung dakwah malah tak sudi sekedar menghangatkanmu. Sudahi menangisi kegilaan hidupmu, Gadis. Biarkan cita dan doa-doa naik ke langit, kita sudah lelah mengusahakan. Hujan ini membuatku haru. Sungguh aku merindu...
Saya pikir tak akan ada yang mengira kalau orang ketiganya itu adalah saya sendiri. Tapi justru gara-gara status itu, saya mendapat banyak komentar, SMS, hingga pesan yang memenuhi inbox private message FB. Semuanya berusaha menguatkan saya, meminta saya sabar, tak mengeluh, mengirimi saya banyak artikel terkait dan sebagainya. Perhatian sekali sahabat-sahabat maya saya itu walau saya tahu mereka tak mengerti benar apa masalahnya. Tapi sayangnya kesemuanya tak berhasil menghibur dan membuat saya melupakan kesedihan atau berhenti merutuki kegilaan hidup saya sendiri. Saya tetap menceracau nggak jelas. Sibuk berandai-andai dan menggugat segala yang saya alami.

Hingga pada suatu malam,
~ Jika itu yang membuat dirimu lega, silahkan ratapi,
seakan-akan dirimu orang yang paling sengsara...
Selamat Malam ~
SMS dari seorang sahabat luar biasa. Sederhana, singkat, tapi benar-benar menohok hati saya. Saya seperti tersadar dari lamunan kemurungan saya yang panjang. Ya. Saya harus bangkit. Tak guna meratapi seakan menjadi orang termalang sejagad. Saya merenung, lama. Betapa sia-sianya murung sendirian. Tak ada solusi, tak ada pendengar yang memberi hati untuk dibagi.

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan...

"Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), 
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain."

Karena jika saya semakin meratap bisa menjerumuskan ke dalam kufur. Tidak yakin akan rahmat dan kasih sayang Allah. Naudzubillah...

"...jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. 
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." 
QS: Yusuf 87

Sepupu saya yang menegur, kesedihan itu bukan untuk dipublikasikan, apalagi menyangkut keluarga. Mungkin ia benar. Tidak apa-apa. Anggap saja semuanya ini adalah cobaan Ramadhan. Sungguh tak apa. Toh saya sudah terbiasa sendirian. Terisak diam-diam. Tetap sedih, tetap berat? Ingat Allah. Just believe...

Bulan ini saya sedang membaca dua buku luar biasa, untuk sementara cukuplah sebagai hiburan. Buku pertama Sandiwara Langit dan buku kedua Dalam Dekapan Ukhuwah. Isi keduanya subhanallah. Salah satu kalimat sakti dalam buku Sandiwara Langit bertulis:
Bersyukurlah, sepahit apapun kondisi kita, ternyata masih ada saja yang lebih menyedihkan nasibnya. Seruwet apapun lika-liku takdir kita, masih ada juga yang jauh lebih rumit jalan hidupnya. Tak jadi soal apa dan bagaimanapun cerita kita, jauh lebih penting, bagaimana kita bisa memaknai hidup itu dgn tepat dan selamat.

Maka bersama ini saya putuskan, Bismillahirrohmaanirrohiim, saya membatalkan kesediaan menjadi pemateri sanlat. Walaupun bisa mengikutinya diam-diam, tetap saja tak ada yang bisa menjamin ketenangan hati saya karena menjalani tanpa restu orang tua. Semoga Allah tidak menyia-nyiakan niat walau tak terealisasi.

Dan akhirnya, inilah status terakhir saya,
Bismillah... Set Pic Profile yang ceria agar auranya terus cerah. Juga kembali menyapa sahabat² dan saudara. Kesedihan itu kita yang tanam, dipupuk terus hingga subur. Harusnya biarkan saja ia hingga mati sendiri. Kalaupun tak berhasil menemukan hikmahnya, berbaik sangka saja. Yang ya, ku syukuri. Yang tak, ku nikmati. Allahul Musta'an ....



~ Thiya Renjana ~
Bandung mendung. Gelap.
Sebentar lagi pastinya turun hujan.
Biar bulirnya menghanyutkan murungku hingga samudera

Pohon rindu merimbun di hati. Daunnya tak bertahan, gugur satu-satu berharap yang dirindu datang. Ingin dikatanya cinta sebelum daun terakhir gugur. Ia merindu, usah kau tanya.
Kemudian berharap suatu kisah yang manis. Di mana kita akan tersenyum membacanya sambil menikmati hangatnya secangkir cinta dan saat daun gugur di taman kita. Ketika tenggat waktu rindu selesai. Terbayarkan.

1 komentar:

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ