Selasa, Agustus 31, 2010

Saat Cinta ...

Bismillahirrohmaanirrohiim...


Salah satu masalah perempuan adalah kerepotan menolak ajakan ta'aruf dan pemberian cinta dari lawan jenis. Sering sekali orang-orang yang memilih saya tidak mau tahu dengan keadaan status saya dan tetap menuntut saya menerima mereka.  Beberapa di antaranya keukeuh ingin mengkhitbah  karena tidak percaya pada status saya melihat saya tidak pernah mempublish tunangan saya, sehingga seringkali mau tidak mau saya harus menceritakan bagaimana hubungan kami saat ini dan kenapa tunangan saya seperti "antara ada dan tiada".

Bagi saya ini memang "masalah". Dulu saat masih ABG, saya mungkin kurang cukup dewasa untuk menyikapinya. Saya yang tidak bisa pacaran terkadang membiarkan pria yang tertarik pada saya dan menggantungkan hubungan dengan tidak menjawab ya atau tidak. Saat itu saya hanya merasakan tidak ingin kehilangan perhatian dari lawan jenis yang sedang pedekate-pedekate itu. Seiring waktu, saya mulai belajar untuk tegas. Sekarang saya justru tidak nyaman bila ada  lawan jenis yang jujur menyatakan ketertarikannya pada saya. Saya merasa tak ingin diganggu selama status saya masih begini. Kalau sudah free, silahkan datang ke orang tua saya. Sekarang saya menyadari kalau sikap saya dulu itu berarti menghindar dari masalah, bukannya menghadapi. Sifat yang jauh dari baik. Dia yang pemberani adalah dia yang berani berkata 'ya' dengan jelas atau 'tidak' dengan tegas. Dan ketika dia sudah memilih jangan kau ganggu. 

Sampai saat ini beberapa teman laki-laki yang dulu sempat menyatakan rasa sukanya masih memanggil saya dengan laqob "mesra", semisal adek, ale', dinda, umi, ayay, renjanaku, putri, dewi, ning dan lainnya. Dan ini sebenarnya membuat saya tidak nyaman. Saya sering khawatir ada yang mengartikan lain, khawatir mengira saya punya banyak pacar. Sungguh prasangka buruk itu sangat saya takuti apalagi dengan kondisi status saya yang bermasalah seperti ini. Khawatir orang mengira status saya bermasalah karena saya macam-macam di luar, naudzubillah ... Tetapi sayangnya, walau saya meminta cukup panggil nama Is atau Tya saja, mereka tak mau. Banyak yang beralasan tidak bisa melupakan saya, juga ada yang bilang saya adalah cinta pertamanya. Dan bahkan memilih memutuskan silaturahim dan melupakan bahwa sebelumnya kami pernah saling berteman baik bahkan sangat akrab.

Saya bisa mengerti kenapa beberapa orang memilih cara untuk lepas dari jebakan-jebakan perasaan itu dengan cara tersebut. Jebakan ini memang bukan hal yang ringan untuk melaluinya. Alasan perempuan setelah menolak dengan kata-kata, “Tetapi kita tetap bisa berteman baik…” adalah hal yang berat bagi pria. Sekali pria jatuh cinta, ia tidak bisa kembali ke state “berteman baik” lagi. Ia akan terus salah mengartikan senyuman yang tulus, ia akan terus membangun harapan biarpun sedemikian kecilnya. Dan itu tentu saja sia-sia. Itu hanya membuat pria terjebak dalam jebakan waktu lebih lama lagi.

Mengingat belakangan saya terganggu lagi dengan orang-orang yang seperti ini, saya menjadi semakin ingin lekas menikah. Bukan karena kebelet tidak bisa menahan nafsu —seperti yang dikatakan banyak orang ketika akhir-akhir ini saya sering membahas tentang pernikahan––. Tapi karena saya sadar, betapa tidak amannya perempuan melajang lama. Gangguan seperti ini saya pikir akan berakhir setelah mereka tahu kalau saya sudah terikat dengan kontrak seumur hidup. Ijab qobul.


Rasulullah Saw bersabda kepada Ali Ra: "Hai Ali, ada tiga perkara yang janganlah 
kamu tunda-tunda pelaksanaannya, yaitu shalat apabila tiba waktunya, jenazah 
bila sudah siap penguburannya, dan wanita (gadis atau janda) bila menemukan 
laki-laki sepadan yang meminangnya." 
(HR. Ahmad)

Apabila datang laki-laki (untuk meminang) yang kamu ridhoi agamanya dan 
akhlaknya maka kawinkanlah dia, dan bila tidak kamu lakukan akan terjadi fitnah
di muka bumi dan kerusakan yang meluas. 
(HR. Tirmidzi dan Ahmad)

Wahai segenap pemuda, barangsiapa yang mampu memikul beban keluarga hendaklah 
kawin. Sesungguhnya perkawinan itu lebih dapat meredam gejolak mata dan nafsu 
seksual, tapi barangsiapa yang belum mampu hendaklah dia berpuasa karena (puasa 
itu) benteng (penjagaan) baginya. 
(HR. Bukhari)
~ Thiya Renjana ~
Mudahkan segala urusan hamba, Rabbii....

-- ditulis saat saya kesal karena gangguan-gangguan beberapa cowok nekat bin bebal ga bisa dibilangin hari-hari ini.
-- juga sebagai klarifikasi atas tanggapan beberapa orang yang bilang saya sudah "ngebet" menikah. Sungguh, saya punya banyak alasan selain dikatai ngebet seperti itu. :(

2 komentar:

  1. Hm.. Ya gitu dech.. hidup dikelilingi banyak fans he...:D

    But, whatever they do, just try to be your self ok!..^_^

    BalasHapus

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ