Senin, September 20, 2010

Saya punya Allah ...

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Kepulangan saya dan keluarga akhirnya batal. 

Ceritanya begini, rencananya keluarga Uwa' Marsulam dan keluarga Uwa' Madruji akan mengadakan selamatan naik haji di kampung secara bersama-sama dengan biaya patungan. Tapi beberapa hari menjelang keberangkatan, kondisi kesehatan Uwa' Madruji semakin memburuk dan benar-benar tidak bisa dipaksakan pulang kampung. Akhirnya Uwa' Madruji membatalkan acara selamatannya sehingga keluarga-kelurga dari anak-anaknya turut membatalkan kepulangan. Karena keluarga besar Uwa' Madruji batal pulang, sehingga panitia acara selamatan ini menjadi lebih sedikit. Walau keluarga-keluarga dari pihak keluarga Uwa' Marsulam tak kalah banyak dengan kaluarga Uwa' Madruji, tapi toh tetap saja tersendat-sendat karena pasangan Uwa' Marsulam belum bisa pulang karena masih harus mengurus persiapan naik haji, kakak tertua Babeh juga sedang sakit sehingga mau tidak mau Babeh harus pulang juga untuk mengurus acara. Mereka berangkat sore ini, dan saya berada di sini melototin layar monitor.

Dalam beberapa hari terakhir keputusan keluarga saya masih berubah-ubah hingga akhirnya kemarin pagi disepakati kalau keluarga saya cukup Babeh saja yang berangkat. Menurut saya memang tidak perlu dipaksakan, toh keperluannya tidak urgent-urgent amat. Cukup Babeh saja yang berangkat bersama Ghofur yang hendak kembali ke pesantren. Kami sekeluarga lengkap insya Allah akan pulang kampung beberapa bulan lagi untuk berlebaran Adha di sana di samping karena ada acara lagi nanti. Dan kami sudah menabung untuk kepulangan Idul Adha itu.

Saya tidak kecewa walau saya belum bisa bertemu sahabat-sahabat di Tanah Garam. Insya Allah kita bertemu, bila Allah mengidzinkan.

Saya bisa menetralisir perasaan aneh batal pulang kampung ini. Tapi saya masih belum bisa menetralisir kacaunya pikiran saya saat ini karena beberapa masalah yang mengganggu aktifitas. Entah bagaimana saya merasa minggu ini menjadi minggu yang terberat di bulan September. Saya bahkan merasakan keinginan luar biasa untuk berhenti kerja. Saya berusaha meyakini perasaan tertekan ini akan membuat saya menjadi dewasa. Tetapi bagaimana bila luka yang terasa? 

Allahul Musta'an, kuatkan saya Ya Allah ... Quote yang selalu mengingatkan saya, Allah selalu di sisiku. Dari awal sampai akhir. Dia telah membuat rencana-Nya terindah untuk saya. Saya punya keluarga, saya punya banyak teman, kenapa saya harus selalu merasa sendirian? Saya selalu takut berbagi pada siapapun, saya takut bercerita, saya takut dianggap hanya bisa mengeluh maka saya memilih diam.

Baiklah, mungkin saya memang harus diam. Saya harus berubah, saya harus menjadi dewasa karena tekanan dan luka. Ke depan, saya ingin melihat melampaui apa yang saya lihat. Sebagai pemikir, menjadi lebih dewasa, lebih panjang akal, selalu tersenyum dan tenang :) Saya memang punya masalah. Saya harus punya prinsip tapi tidak boleh fanatik dan saya tidak sensitif walau terkadang suka menyimpan segalanya untuk diri saya sendiri [secara harfiah, sebagian untuk Lazuardi Hati juga]. Entah bagaimana, yang seperti apa-untuk-katakanlah tidak terlalu sakit. Tapi tidak ada yang sempurna kan? Baik saya bahkan anda ... Saya masih terus belajar menjadi orang yang lebih baik. Insya Allah.

Dalam tiap langkah selalu ada bahagia, dalam tiap hela selalu ada cinta, dalam tiap deru dan detak jantung jiwa selalu ada kasih...
Dan dalam hatiku ada FAJAR yang kunanti. Semoga sayap-sayap kebahagiaan datang menghampiri.
Pelajarannya, Saya punya Allah tapi saya juga butuh seseorang....

~ Thiya Renjana ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ