Jumat, Oktober 29, 2010

Haruskah berkarya?

Bismillah....

Haruskah berkarya?

"Kalau ia ingin dikenang, maka harus!"

Keikutsertaan saya dalam penerbitan buku Antologi Puisi Ninbera terancam didelete. Karena setiap penyair diwajibkan hadir pada acara launchingnya di Jakarta nanti. Tak akan lama lagi sepertinya karena sudah tahap finishing lalu selanjutnya dicetak dan launching. Tapi bagaimana bisa orang tua saya mengijinkan kalau untuk kegiatan perkembangan diri semisal mengajar, pesantren kilat, karang taruna, seminar, dan lainnya saja mereka tak peduli? Pesimis sekali bisa membuat mereka mengerti. Mereka tidak akan bisa mengerti.

Ini ketiga kalinya proyek antologi saya. Keduanya gagal dan kali ini terancam bernasib sama karena alasan serupa. Padahal baru saja saya menamatkan film 3 Idiots yang membuat semangat belajar dan mengembangkan diri kembali menyala. Tapi lagi-lagi harus saya lupakan karena keseganan aturan.

Entah mengapa setiap kehilangan kesempatan dari salah satu impian, malah membuat saya teringat kembali pada keinginan-keinginan lain yang lebih banyak. Seperti memelihara duri dalam sekam. Sewaktu-waktu keinginan-keinginan itu mencuat. Menyisakan sisi perih di relung hati tanpa permisi. Sakit seperti dicubit tanpa ragu.

Mulai kembali menginginkan teman, kegiatan, menikah, keluar dari rumah.

Ahhhh......... Ingin menangis rasanya.

Saya kira sayalah yang terlemah. Yang butuh orang lain untuk jadi pendengar atas semua kekesalan atau kesedihan, karena pada saat seperti itu saya merasa paling jatuh.. Paling merana sehingga perlu tempat untuk bersandar. Minimal ada yang mau saya bagi keluh kesah.

Melihat saya semakin gemuk, orang-orang di sekitar saya menilai bahwa saya adalah seorang yang santai, tanpa beban, menjalani hidup seakan tidak ada yang perlu dipikirkan.

Mereka menilai saya seperti itu? Sedangkan saya sendiri sering merasa sebagai pribadi yang complicated. Saya tidak sesantai itu, dalam hati saya pun sering merasa khawatir, khawatir akan banyak hal, apa saja..

Kembali ingin teman bercerita, teman hidup, atau apalah namanya. Untuk membuat saya yakin. Bahwa apa yang saya rasakan bukanlah hal yang baik. Masih banyak yang perlu saya lakukan. Saya juga membutuhkan seseorang yang bisa menyemangati saya kala saya terkapar 'nge-down' sendirian. Sehingga mungkin saya bisa bangkit dan juga membuat orang lain termotivasi, walaupun saya sendiri tidaklah sebaik apa yang mereka pikirkan. Namun, saya bisa memperbaiki diri di saat yang bersamaan pula. 

Tolong buat saya yakin pada slogan-slogan "Laa Tahzan, Innallaahu Ma'ana". Agar saya tak merasa itu hanya iklan yang sepintas lewat tanpa makna saja....

Pinjami saya bahu, saya sedang ingin puas-puas menangis. Sebentar saja. 

1 komentar:

  1. Mungkin ini adalah salah satu cobaan dari mimpi-mimpimu, bukankah mimpi memang butuh perjuangan..? terus berjuang, don´t ever give up..! (Sorri bukan bermaksud menggurui, kalau mo nangis ni kupinjemin bahu, tapi bahunya patung spinx ya.. he....:f:)

    senyum donk.. :c:

    BalasHapus

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ