Minggu, Desember 19, 2010

Menutup Hati

Bismillahirrohmaanirrohiim....

Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun orang itu hanya mampu kugapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang cuma sanggup kuhayati bayangannya dan tak akan pernah kumiliki keutuhannya. Seseorang yang selamanya harus dibiarkan berupa sebentuk punggung karena kalau sampai ia berbalik niscaya hatiku hangus oleh cinta dan siksa.

Aku tidak ingin bersamamu cuma karena enggan sendiri. Kau tidak layak untuk itu. Seseorang semestinya memutuskan bersama orang lain karena menemukan keutuhannya tercermin, bukan ketakutannya akan sepi.


Dan kau membuatku merasa menjadi orang yang paling tidak ada kepantasan untuk siapapun.

"Aku tak merasa kalah dalam penantian ini.
Aku hanya merasa lelah... [Moammar Emka]
Aku TIDAK memintamu untuk mengubah persepsi. Tapi, dengan meragu bagiku kau sudah berjingkat pelan untuk pergi. Lalu apa alasanku untuk bertahan tidak melakukan hal yang sama? Bertemu dan berpisah bukan suatu hal yang harus disesali, sebab cinta lebih abadi dari segalanya. Bila salah satu dari kita pergi, anggap saja itu awal dari pertemuan kedua. Sebab sehebat apapun usaha yang dilakukan, secerdas apapun kita, tetap ada The Invisible Hand yang sangat tahu mana yang terbaik bagi kita, Our God.

Maafkan kalau aku harus mengunci mati kembali hatiku dan berharap jangan ada siapapun yang mengusik kuncinya. Setidaknya hingga aku yakin kalau aku pantas dimiliki. Entah kapan.

~ Thiya Renjana ~
Bandung, 19122010

Kau adalah luka yang tak melukai. Kuhujani doa sepanjang hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ