Selasa, April 05, 2011

Remove Friendlist

‎"Dunia ga cuma soal sakit hati dan cinta." — Belle

Bismillahirrohmaanirrohiim.
Selamat pagi kenangan! Selamat pagi hal-hal yang belum bisa kulupakan!

Sepertinya saya mulai jarang menulisi Lazuardi Hati lagi. Bukan karena sok sibuk atau sudah bosan. Hanya ada perasaan untuk berhenti mengeluh. Ya, karena saya merasa setiap menulis tema keseharian di Lazuardi Hati bawaannya ingin berkeluh kesah. Curhat colongan sering mengalir tanpa disadari walau tanpa solusi karena saya tahu blog ini hanyalah benda mati. Tapi hari ini, saya ingin mengeluarkan lagi sampah kepala. Kali ini karena saya baru tahu bahwa saya diblockir di FB oleh orang yang saya kenal di dunia nyata dengan kata lain saya dan dia dekat secara nyata. 

Memang sayalah yang meremove NH lebih dulu. Hingga kemudian ada kawan saya bercerita kalau dia posting status tentang dia yang diremove oleh saya dan dia berniat akan memblockir saya. Barangkali dia berfikir kalau saya meremove-nya karena tidak terima dengan komentarnya di salah satu status FB saya yang menyinggung tentang perjodohan. Statusnya hanya sebegini: Kak Baha said: “Menikah adalah satu perkara, dan dijodohkan adalah perkara yang lain. Menikah adalah sunnah Rasulullah, tetapi dijodohkan bukan sunnah siapa-siapa." Tapi sungguh, bukan karena komentarnya di status itu meskipun hal itu sedikit membawa andil dalam perubahan emosi saya saat itu. Tapi saya bisa pastikan kalau perasaan itu hanya sedikit. Status itu hanya luapan perasaan sementara saya. Komentar apapun di situ tidak ada artinya buat saya. Kalau saya hanya terganggu dengan komentar, saya tinggal mengatur settingan FB sehingga NH tidak bisa lagi mengomentari setiap kiriman saya. Tapi masalahnya bukan di situ. Masalahnya adalah dia keponakan pamannya tunangan, sepupunya tunangan, dan salah satu orang yang selalu berusaha mendekatkan saya dengan tunangan misalnya dengan merancang pertemuan hingga nomor kontak saya.

Masalah yang berlarut dan hubungan saya yang kurang baik dengan tunangan mengakibatkan kedua belah pihak keluarga diliputi kecurigaan-kecurigaan yang tak berdasar. Pihak keluarga saya mewanti-wanti untuk tidak terlampau dekat dengan mereka. Karena kata keluarga saya, mereka bisa saja memancing-mancing saya dan bisa jadi saya tidak bisa mengontrol ucapan kemudian ucapan spontanitas saya dijadikan gara-gara. 

Saya ingin sekali tidak menuruti nasihat keluarga. Tapi kejadian demi kejadian selama ini yang kerapkali menyudutkan saya membuat saya ingin membatasi diri. Istri NH adalah kawan saya, di Bojongsoang saya hanya punya kawan istri NH itu. Tapi istrinya adalah tempat curhatnya tunangan. Apa-apa yang saya ceritakan pada istri NH diceritakan kembali kepada tunangan. Dan seringnya setelah itu hubungan saya dan tunangan menjadi semakin memburuk. Saya tidak tahu dimana yang salah. Apakah ada yang melebih-lebih menyampaikan atau ada yang menerima terlalu berlebihan. Dan NH sendiri, adalah operator warnet dari milik pamannya tunangan. Dari sini saya baru sadar kalau NH online FB hampir 24 jam selama ia menjaga warnet itu dan paman mereka memantau FB saya dari FB milik NH. Friendlist FB saya dari keluarga sana hanya NH dan istrinya, pamannya adalah seorang yang gagap teknologi dan tidak memiliki akun FB. Sama halnya dengan tunangan.

Banyak kesan yang tidak mengenakkan dari keluarga sana. SMS-SMS misterius yang mengatakan akan membantu saya lepas dari tunangan dengan jalan pintas melalui ilmu magis dan diketahui nomor tersebut justru  milik bibi tunangan. Mayoritas keluarganya yang tidak menghargai perempuan. Dan sebagainya. Sungguh, saya tidak rela menjadi bagian dari mereka. Dan setelah menimbang lama, saya juga tidak ingin terlalu dekat di nyata maupun maya. Dan inilah keputusan saya, melepasnya dari friendlist.

Sebenarnya ini bukan kali pertama saya meremove NH dari friendlist FB. Entah ini sudah kali keberapa. Dia bahkan pernah membuat akun lain dan memalsukan identitasnya hanya untuk bisa menginvite saya kembali. Saya remove bukan tanpa alasan. Tentunya karena saya sudah berkali-kali dibuat tidak nyaman oleh dia. Dan setelah kemarahan saya reda, saya baru bisa memaafkan dan bersedia untuk mengapprove permintaan pertemanannya lagi. Tapi kali ini dia berulah lagi.

Pastinya maaf dapat saja berkali-kali terucap. Tapi paku yang tertancap selalu meninggalkan lubang. Intinya bukan pada memaafkan, tapi berhentilah membuat kesalahan terulang. Jika kau tetap mengulangnya dan berlindung dibalik pemakluman sebagai manusia, maka kau telah berbuat zalim. Dan tak layak disebut mukmin.

Kemudian, saya remove dia dan dia blockir saya. Tidak apa-apa. Saya mohon ampun bila dalam keputusan ini ada ego yang bermain. Pertemanan di dunia maya bukanlah segalanya. Toh di dunia nyata kami pasti masih akan sering bertemu. Bagaimanapun kami adalah satu masyarakat Madura yang tinggal berdekatan. Silaturahmi itu tetap terjalin. Tuhan, aku yakin, Engkau selalu turunkan KEBAIKAN, bersama dengan semua COBAAN. Izinkan kami melihatnya.

Hari ini, satu pelajaran lagi. Jika melihat masa lalu buatmu sedih dan berpikir masa depan buatmu takut, hiduplah tuk hari ini, nikmati dan buat jadi berarti. Percaya pada Tuhan sepenuh hati, percaya pada manusia hati-hati. Berteman sebanyaknya dan membatasi diri, kawan dan saudara, benar dan salah, baik dan buruk, tak lagi bisa dikenali. Absurd.

05042011 at 03:03PM
Tempat kerja, Palasari Moh Thoha Bandung.
~ Thiya Renjana ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ