Rabu, Mei 04, 2011

Perasaan 'Nyaman' Se-Pasi Jarak

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Setel background music: Lelakimu, Anang Hermansyah.

Mengenal banyak kawan mengajarkan saya akan segala karakter. Ada yang berbanding lurus dengan kepribadian kita dan ada yang kebalikannya. Seringkali ada di antara kita senang kontak dengan seseorang secara langsung atau melalui media apapun. Biasanya dengan yang memiliki kesamaan pandangan dan kesenangan, nyaman berlama-lama komunikasi atau sekedar mencurahkan hati. Berhubungan dengan sahabat, kerabat, kekasih, siapapun. Dan saya percaya perasaan itu tidak bisa diciptakan apalagi dipaksakan. Perasaan nyaman itu dari hubungan yang mengalir, kedekatan yang intens. Saya pribadi masih kurang percaya pada chemistry sebab itu cenderung identik dengan pandangan pertemuan pertama. Bagaimana bisa sebegitu yakinnya padahal baru saja bertemu dan belum terlalu kenal hanya dengan mengandalkan chemistry. Beberapa kali saya pernah mengira kalau saya sudah cukup 'nyambung' dengan seseorang. Sempat berpikir apakah dialah jodoh yang Allah persiapkan untuk saya.

Atau tidak. Seiring berjalannya waktu, rupanya membersamai mereka tidak membuat saya nyaman. Bolehlah dari sisi hidup keduniaan mereka adalah yang diidam-idamkan perempuan dan orang tua. Tapi kepribadian yang selalu sanggup menghadapi saya masih saja ada yang kurang.

Di antara sulitnya menemukan orang-orang begini, kemudian akhirnya bertemu, sayangnya lalu disambit oleh ketentuan yang berlaku. Seharusnya waktu itu saya menyeret balik langkah saja. Agar tak terlanjur dekat. Agar tak kenal apa itu nyaman. Tapi Ia terlanjur mewarnai hidup saya dengan warna-warna ketegaran dan pendewasaan. Ia yang mengajarkan bagaimana cinta itu seharusnya. Ia adalah seorang sahabat, seorang abang, yang selalu pengertian. Bagaimana bisa orang begitu saja melupakan manusia yang seperti ini?

Kalau bisa pean memang harus cari yang laen, jgn terlalu memperjuangkan saya
boleh2 aja kita berharap utk bersama, tp kita juga hrs membuka dan memberi kesemptan kpd yg lain
krn jarak itu telah membuat kita sulit
krn bisa jadi, jodoh kita adalah org yg slama ini tak sempat kita kasih kesempatan
tp percayalah, sampai saat ini aku msh berharap, hingga waktu menghentikannya

*hati saya gerimis

Dhuha itu menjadi sangat terik. Takut berlebih membayangkan keterhilangan orang yang terlanjur nyaman kita ceritakan semuanya, segalanya. Nyaman kita menangis puas-puas atau merajuk pura-pura. Namun perih adalah sedepa kita berjarak. Berhasta ketentuan keluarga menjarakkan. Pada akhirnya, cinta hanyalah sepasang doa yang saling menguatkan; saat kau tiba, saat kau tiada.



Kau tahu, katamu, bisa saja jodoh kita adalah orang yang tidak pernah kita beri kesempatan.
Kemudian bagaimana jika jodohku justru yang berada di dalam jantungku sendiri?
[Kesempatan Jodoh, Thiya Renjana]

Catatan tentang dahan kukuh dimana saya nyaman bergantung atau mencangkung
Saya menyebutnya... Sang Asa.
ps: Ketika seseorang menceritakan masalahnya kepadamu,
bukan berarti dia mengeluh padamu,
itu hanya berarti dia PERCAYA padamu

Ruang Kerja DPS Palasari, Bandung
04052011 M - 03:12 PM

2 komentar:

  1. tulisan ini membuatku tak bisa berkata apa-apa, selain do'a "semoga Tuhan mengabulkan apapun yang kau inginkan, bukan untuk saat ini, esok ataupun lusa, tapi untuk selamanya, hingga waktu menjemput utk kembali padaNya". Amin

    BalasHapus

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ