Selasa, Agustus 02, 2011

Carok

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Pada tanggal 24 Juli kemarin, SCTV menayangkan salah satu serial FTV berjudul Carok. FTV Carok sesuai judulnya memang bertemakan Carok. Ulasannya bisa dibaca di website komunitas Blogger Madura Plat-M berjudul Mengulas FTV “Carok” Bercanda dengan Nyawa. Saya membela bergadang dan baru tidur pukul 2 dini hari demi nobar ini. Tapi saya tidak menyesal karena cukuplah mengobati kerinduan saya pada Pulau Cinta :)

Saya sendiri termasuk orang yang sensitif sekali kalau mendengar kata carok. Karena saya dibesarkan dalam keluarga Madura yang masih kental adat budaya baik dan buruknya. Saya terbiasa hidup di tengah kehidupan orang-orang yang masih kental budaya kesantriannya juga orang-orang yang kental budaya bajingannya semacam sabung ayam dan carok. Saya juga sudah terbiasa mendengar orang-orang tua berbondong-bondong ke Madura atau sebaliknya ke Jawa hanya untuk membela satu orang yang sedang terusik rasa malunya atau harga dirinya. Istilah yang saya sering dengar adalah "e ongghein". Seperti misalnya kalau ada event Pemilihan Klebun (Ketua Desa) dimana selalu tercipta pengelompokan orang yang mendukung kubunya masing-masing. Hal seperti ini saja bisa menjadi alasan pertikaian hingga melibatkan polisi yang sayangnya di belakangnya masih tetap ada teror ala carok tersebut lengkap dengan senjata tajam khasnya semacam clurit, calo', parang, dll.


Orang Madura itu kompetitif. Buktinya sejak dulu sudah ada karapan sapi, sabung ayam atau adu perkutut, bahkan carok. Carok ini yang paling tidak masuk akal dan menyeramkan. As I know, biasanya hal-hal yang menyangkut martabat seseorang jadi isu sensitif latar belakang carok. Misalnya, seperti perempuan, kekuasaaan, atau tanah. Bukan karena mereka tidak memiliki bahasa lain untuk berdialog tapi mereka memiliki prinsip lebih baik pote tolang ketembang pote matah (lebih baik putih tulang dari pada putihmata) yang bermaksud lebih baik mati dari pada hidup menanggung malu. Sehingga yang bernama tradisi itu kadang tidak masuk akal dan menyeramkan. Harga diri berbalas nyawa. Ketika harga diri terusik, membunuh menjadi jalan keluar. Keluarga yang dibunuh pun dendam karena merasa harga dirinya diinjak-injak. Yang dilakukan ; lingkarang setan "Carok". Tidak ada hentinya saling dendam dan menumpahkan darah.

Jadi tidak semudah itu orang tiba-tiba bacok-bacokkan pakai clurit. If some say it's part of culture or tradition, I say BIG NO.

Penilaian saya tentang FTV Carok SCTV ini bagus. Fightingnya sudah bagus, penggambaran masyarakatnya juga sudah Madura banget. Hanya bahasanya yang kurang karena sebagian pemain bukan orang madura asli. Tapi itu tidak masalah dan bisa dimaklumi karena bahasa Madura adalah salah satu bahasa daerah yang tingkat kesulitannya lumayan. Saya saja yang orang Madura asli masih sering ditertawakan karenadirasa logat saya tidak pas. Yang saya suka, FTV Carok SCTV ini mengubah mindset kita bahwa Carok atas alasan apapun tetaplah salah. Baha itu bukanlah cara untuk membela rasa malu dan harga diri tapi lebih sebagai menuruti kesombongan yang ada dalam ego. Kalau seperti itu, seberapa tahan kamu menjadi orang Madura?

Ada kalimat yang saya catat besar-besar dari salah satu dialognya. "Tidak penting urusan cinta kita, karena yang menangis paling hanya aku atau kamu. Tapi kalau seorang intelektual muda seperti kamu masih melakukan carok, seluruh peradaban menangis!"

Jalan terbaik dari Allah terkadang tidak bisa kita terima dengan akal sehat dan keinginan kita. Makanya ada sabar dan ada syukur. Oleh karenanya, Carok, apapun alasannya tetaplah bukan solusi.

Red Zone, Jalan Raya Bojongsoang 62 Bandung
02 Agustus 2011M/02 Ramadhan 1432H - 09:55AM

3 komentar:

  1. Penjlesan yang sangat mengenakan hati Mba.
    Sukses selalu
    Salam
    Ejawantah's Blog

    BalasHapus
  2. keren mbak...
    ulasan yang mudah di mengerti :D

    BalasHapus
  3. Hehehe tp menurut daku sih, budaya Carok itu ga melulu jelek kok walaupun di era sekarang sudah tidak sesuai lagi. Dan omong-omong, Carok bukan satu-satunya budaya negatif yg bertaruh nyama, ada Hara Kiri di Jepang yg jg sama walaupun caranya berbeda.

    BalasHapus

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ