Jumat, September 09, 2011

Kebenaran Hanya Milik Allah

Bismilahirrohmaanirroohiim....


 Saya mencintai mereka. Tapi saya tetep manusia. Saya bisa bersedih, dan bisa terluka. Intinya saya sedang dirundung duka. *halah*

Saya tidak akan berpanjang-panjang ria dengan detail, karena nanti akan menyakiti seseorang, atau beberapa orang, atau hanya saya sendiri (pasti). Actually, saya kemarin sudah menulis tulisan mehek-mehek yang mellow; menumpahkan semua sakit yang saya rasa di file ms word yang entah kenapa sesampainya di warnet sekarang ini file itu tidak bisa dibuka :( Di situ saya sempat tuliskan pembelaan dan sangkalan.

Namun tiba-tiba tersadar ketika membaca sebuah kalimat di blog orang :

“Kebenaran jangan diperebutkan, nanti malah lepas.”

Astaghfirullah.

Seperti ada beban besar yang keluar dari dalam perut saya. Bergejolak, sedikit sakit, namun membawa nafas lega.

Saya ingat-ingat lagi semua pembelaan dan sangkalan yang sudah saya tulis panjang-panjang itu; dan kemudian berharap ingatan saya menghapusnya. Saya sadar tulisan itu memperlihatkan saya yang sedang ngotot ‘merebut kebenaran’ . Dan saya sadar, nanti akan ada pihak yang akan merebut kebenaran di tulisan saya. Begitu seterusnya. Sampai kebenaran itu lepas..

Saya tidak peduli lagi dengan kebenaran; I mean ~saya akan membiarkan kebenaran itu muncul sendiri tanpa harus diperjuangkan.

Terkesan apatis yah?

Eh, dari tadi saya ini ngomong apa sih? Begini, benar atau salah semua ada di kepala kita. Hanya Dia, hanya Tuhan yang berhak menentukan ini benar itu salah.

Sedikit contoh. Saya pernah melihat ada seorang anak memukuli punggung Ibunya. Dari sudut pandang saya, si Ibu sedang membungkuk dan anak itu memukulinya bertubi-tubi. Hey, that’s so wrong! Anak yang jahat banget. Setelah dilihat lagi dari sudut pandang berbeda, si Ibu ini ternyata sedang keseleg. Ada bakpao yang tersangkut di tenggorokannya dan si anak sedang berusaha mengeluarkannya; agar si Ibuk bisa bernapas dan tidak kesakitan lagi. Jika tidak ada detail, jika tidak ada alasan ~saya tentu akan men-judge si anak ‘jahat’. Tapi ketika ada penjelasan, justru tindakan si anak itu sangat terpuji.

Begitu pula saat saya melihat hal lain. Saat saya melihat suatu masalah. Saya kadang merasa semua orang menjauhi saya; padahal ternyata sayalah yang menjauhi mereka.

Dari sudut pandang saya, yang udah ketutup ego; sayalah yang paling benar. Tapi ketika saya mencoba memandang dari sudut yang lain, ternyata saya enggak se-’benar’ itu.

Maka, benar atau salah itu tidak absolut.

Kebenaran saya berkemungkinan salah, kesalahan kamu berkemungkinan benar. Seperti itu.

Red Zone, Bandung 09092011
~ Thiya Renjana ~

2 komentar:

  1. Kebenaran milik manusia itu relatif, dan milik Allah itu adalah yang sejati. :)

    BalasHapus

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ