Masa ‘Diary Buku’ yang indah. Tapi itu dulu. Saat jaman masih sekolah. Karena setelah saya lulus MA dan tidak lanjut kuliah, saya tidak menulis diary lagi. Diary terakhir saya teronggok begitu saja. Saya penuhi halaman-halaman terakhirnya dengan catatan-catatan penting saja. Dan setelah diary terakhir itu khatam, maka khatam pula sejarah saya menulisi buku diary. Hari-hari saya di rumah pasca out dari pesantren tahun 2008 sudah disibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Tidak ada yang spesial lagi. Semuanya berjalan monoton. Tidak banyak kesan yang bisa saya tulis. Dan akhirnya, saya pun malas menulis apapun lagi.
Setelah satu tahun menganggur tak berkembang di rumah, akhirnya pada awal tahun 2009 saya punya kegiatan baru. Membantu usaha servernya kakak sepupu. Tempatnya di rumahnya sendiri, tidak terlalu jauh dari rumah. Saya cukup naik angkot satu kali saja untuk sampai ke sana. Sebelum Aa’ nikah, saya selalu diantar jemput gratis olehnya. Sekarang tidak lagi. [sedih sih, mesti berangkat dan pulang sendirian].
Di tempat kerja, kalau kebetulan pekerjaan sedang senggang.saya bisa mengintip internet di PC kantor. Dan ini sebabnya saya punya beberapa akun di berbagai situs. Kalau bukan karena koneksi internet di tempat kerja, tidak mungkinlah saya punya banyak akun dan mengenal MP seperti sekarang ini. PC saja saya tidak punya apalagi koneksi internet.
Pertama kali saya tergiur mempunyai blog adalah pada awal-awal masa kerja setelah melihat link blog sahabat masa kecil saya sendiri, Qhanz. Saya, yang kuper dan ootnya, begitu takjub dia bisa memiliki website pribadi. Dan dengan naluri ‘tak mau kalah’ saya mencoba register pada akun Blogspot, akun blog gratis yang disinyalir memiliki keunggulan yang tidak ada pada wordpress, yakni support java script. Dan jadilah http://thiya-renjana.blogspot.com/ yang tak berapa lama berganti hosting menjadi http://www.thiya-renjana.co.cc/. Sayangnya, motivator pertama saya dalam blogging memilih mendelete akun blognya di wordpress dan memutuskan istirahat dari dunia kepenulisan di dunia maya hingga waktu yang belum bisa diketahui. Keputusan yang sangat saya sayangkan mengingat saya dulu sempat berkiblat padanya dalam urusan blogging. Saya yang gaptek tulen selalu menjadikannya guru saya dalam berselancar di dunia maya.
Satu blog sudah jadi. Pada saat itu, saya masih bingung saja mau menulis apa. Dan blog itu pun masih terdiam kosong tanpa cerita. Kemudian dari pengembaraan googling, saya terdampar di sebuah situs jejaring muslim terbesar di Indonesia saat ini, Cybermq.com. Saya coba register dan iseng membuat blog di sana. Isinya juga masih belum jelas tujuannya kemana, amburadul. Saya tulis apa saja di sana, saya copas artikel apa saja di situ. Dan akhirnya, blog di cybermq kembali mengalami nasib mengenaskan. Terabaikan karena saya masih belum menemukan semangat menulis.
Hingga pada satu ketika, blogwalking saya tersasar di blog-blog yang puitis, cantik, romantik. Saya teringat akan blogspot saya. Dan saya mulai menemukan gairah untuk menulisi dan menghias blog saya agar cantik seperti blog yang lain. Sejak itu saya pun rajin blogwalking dan googling tutorial blog.
Hingga akhirnya saya punya beberapa blog yang masih aktif. Dan satu blog yang linknya tidak saya publikasikan. Pada saat itulah saya baru mengenal istilah selebritis blog, sebutan ini diukur dari eksposure pemilik blog di dunia maya, ditandai dengan banyaknya jumlah komentar pada setiap tulisannya. Tentu saja, melihat itu membuat saya semakin rajin merawat blog, semakin rajin mengupdate. Maklum banyak temannya. Komentator silih berganti datang dan pergi. Ada yang benar-benar rutin membaca celotehan saya, kemudian berkomentar. Ada juga yang modelnya take and give, berilah saya komentar dan saya akan komentar balik. Begini ini saya tak mampu untuk melayani — selain karena kesibukan saya, saya juga tidak ingin menjadikan “silaturahmi” komentar ini sebagai beban. Saya hanya blogwalking seperlunya dan menulis komentar ketika saya ada bahan untuk mengomentari, bukan sekedar jejak kunjungan saja.
Membaca blog-blog saya, sama seperti saat saya membaca ulang diary-diary saya. Saya memang tidak mungkin benar-benar kembali ke jaman “Buku Diary”, dimana saya sering menulis tulisan-tulisan yang melankolis. Saya juga tidak ingin menghapus apa yang telah saya tulis meskipun kalau dirasakan sekarang saya jadi merasa malu. Orang tumbuh dewasa dari hari ke hari. Saya anggap itu adalah arsip sebuah demonstrasi dan ekspresi perasaan saya terhadap orang yang paling saya cinta.
Saya pun mulai akrab dengan istilah Persahabatan Sesama Blogger. Tapi memang benar-benar hanya persahabatan sebatas dunia maya. Karena ternyata, hingga sekarang, saya tidak pernah menghadiri acara-acara kopi darat apapun. Situasi dan kondisi tradisi dimana saya dibesarkan tidak memungkinkan saya untuk mewujudkannya. Tapi saya bersyukur, walau hanya di dunia maya, saya banyak belajar kepada mereka, sahabat maya. Semoga Allah mengekalkan persahabatan kita.
Allahumma Amin.
Kawan, koridor kebersamaan itu terlalu indah….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ