Kamis, Juli 15, 2010

Saya dan Social Media

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Sekarang nampaknya adalah era social media yang sedang menguasai tren. Baik buatan luar ataupun lokal. Facebook, twitter sedang sangat populer di sini. Keterlibatan media konvensional (MetroTV, tvOne) turut membesarkan tren ini. Apalagi hadirnya Blackberry. Orang merelakan beli smartphone itu agar bisa facebookan dan twitter-an. Pasar Indonesia memang unik, sekaligus sadis!

Tentu saja, saya punya beberapa account social media. Tapi ternyata saya hanya aktif di sedikit dari beberapa account tersebut. Beberapa yang lumayan aktif misalnya ;

Plurk

Plurk adalah social media yang sebagian besar adalah teman-teman yang belum pernah saya temui secara nyata. Setiap ada friend request pasti selalu saya approve tanpa berpikir lagi. Seringkali yang add adalah anak-anak alay yang bikin sepet baca timeline-nya. Untuk kasus ini, biasanya saya cukup unfollow plurk mereka, tidak sampai me-remove menjadi friend.

Plurk adalah tempat saya mengutarakan uneg-uneg yang tidak mungkin saya pasang di facebook. Rasan-rasan tentang bos, pekerjaan, mengeluh tentang teman yang sedang ngambek (atau saya yang lagi ngambek haha), dsb. Status begini ini sensitif kalau dipasang di facebook karena bisa berlanjut panjang ke dunia nyata. Kalau sedang tidak ada uneg-uneg, status nggak penting dimasukkan. Tujuannya untuk menjaga karma agar tidak jatuh. Paling sering saya isi lirik lagu yang sedang melintas di earphone.

Twitter

Sebenarnya account twitter saya buat hanya karena tergoda melihat orang-orang terkenal seperti selebritis dan penulis lebih banyak aktif menggunakan Twitter ketimbang account social lainnya. Saat itu saya hanya ingin tahu kenapa mereka lebih betah bercuap-cuap di Twitter, tapi rupanya saya tidak menemukan kenyamanan di sana. Berkali-kali googling cara menggunakannya saya masih juga belum paham.

Menurut saya, Twitter lebih cocok untuk status-status yang sifatnya fire and forget, bukan untuk berinteraksi. Saya heran mengapa orang suka dengan twitter yang sangat freak dengan kode-kode teks-nya: RT, @, dan entah apa lagi.


Multiply

Sama dengan situs jejaring sosial lainnya, tapi Multiply lebih dominan ke share artikel ketimbang status dan tulisan-tulisan singkat seperti account social lain. Dan saya cukup betah di sini walaupun hanya sedikit sekali kontak yang saya kenal di friendlist Multiply. Sebabnya kebanyakan yang mereka share adalah tulisan-tulisan kajian keislaman yang cukup membantu membasahkan kembali kegersangan ruhani saya pasca out dari pesantren. Walau begitu, tidak semuanya serius, banyak juga yang suka bergurau seperti di Facebook. Hanya saja, saya sering dibuat mupeng dengan postingan-postingan berbau photoghrafy, adventuring, dan nikah. Heheu :p

Facebook

Kebalikan dari Plurk, Twitter, dan Multiply. Ini adalah social media yang dimana di dalamnya sebagian besar adalah teman-teman di dunia nyata. Hanya sebagian kecil yang belum pernah saya bertemu muka secara nyata karena setiap ada request selalu saya perhatikan. Kalau merasa tidak kenal dan mutual friends-nya tidak terlalu banyak, langsung saya ignore. Saya upload foto dan video tentang aktivitas di sini. Tidak bisa sembarangan di facebook, karena kedekatannya dengan dunia nyata inilah, yang membuat semua hal harus dilakukan lebih hati-hati. 
Saya memang selektif mengkonfirmasi permintaan teman di sini karena tidak ingin kecolongan ada kontak tak dikenal dalam friendlist saya. Apalagi saya sadar kalau saya perempuan yang harus punya waspada ekstra daripada laki-laki. Saya tidak tertarik melihat teman-teman yang berlomba memperbanyak friendlist hingga ribuan tapi justru tidak ada saling sapa setelahnya karena tidak saling mengenal satu sama lain. Dengan begini, saya berharap bisa mengontrol kontak saya dan apa-apa yang ingin atau tidak ingin saya share di sini karena saya percaya pada orang-orang dalam friendlist saya. Seringkali orang yang tidak saya kenal menginvite saya berkali-kali atau menyapa saya via PM. Kalau sudah begitu, biasanya saya konfirmasi permintaan pertemanannya karena saya pikir dia memang serius ingin kenal dan berkawan dengan saya. Bukan hanya untuk menuh-menuhin daftar kontaknya saja.

Semalam saya mendapat PM (Private Message) di Facebook dari perempuan berinisial AI. Bunyi pesannya: 
"Sayang bgt ...anak pondokan, akhwat tp klo arogan gak mau mjalin silaturahmi dg org lain, sayang bgt ilmunya"
Saya merasa belum pernah mengenal dan mendengar nama AI ini. Saya view profile Facebooknya, fotonya cantik. Berambut panjang dengan kulit putih mulus seperti artis, entah foto asli entah imitasi. Saat ini berdomisili di Bogor, Indonesia. Kota asal tercantum Bogor, Jawa Tengah, Indonesia. Ada yang aneh? Saya juga berpikir begitu. Sejak kapan Bogor pindah ke Jawa Tengah? :P Saya jadi meragukan keaslian data profilenya.

Setelah saling berkirim PM di FB, ternyata perempuan ini pernah add saya tapi saya ignore waktu itu. Tentu saja saya ignore setelah melihat ketidakjelasan foto, info profile dan mutual friendnya. Dia juga seperti tidak serius mau kenalan dan berkawan dengan saya karena tidak ada sapaan sebelumnya. Jadi mana saya tahu kalau dia ternyata sudah banyak tahu tentang saya. Dia bahkan tahu saya dulu nyantri di PPs. Raudlatul Ulum Malang. 

Jika ada gurauan yang bilang bahwa Facebook dan social media mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat, itu benar sekali. Kita telah bertemu teman-teman lama yang lebih dari sepuluh tahun tak bertemu, yang terpisah. Sebaliknya, dengan teman-teman dekat kita yang notabene setiap hari bertemu, ketika duduk bareng, kebanyakan sekarang kita saling diam, sibuk dengan BB masing-masing sambil sekali-sekali tersenyum atau terkikik sendiri. Lalu bagaimana dengan kasus saya tadi? Seharusnya menjadi penyambung silaturahim lagi karena nyata dia bilang pernah tahu saya. Tapi saya kadung ilfeel. Saya tidak add dia sampai sekarang. Dan terakhir saya sudah mendapati profilenya tidak dapat diklik lagi. Mungkin dia menutup accountnya, mungkin juga dia memblokir FB saya. Whatever-lah...

Mungkin saya tinggi hati ya? Entahlah. Tapi saya merasa alasan-alasan saya tidak salah dan yang dia katakan tentang saya juga belum tentu benar. Saya hanya tak ingin ada yang menginvite cuma karena ingin kenalan dan melihat-lihat foto tapi mengesampingkan silaturahim dan kehangatan personal. Bukankah hak saya untuk menerima atau menolak. Yang penting niat saya bukan karena arogan atau karena tidak mau berbagi ilmu seperti katanya. Bagaimana menurut anda?

"Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya dan sesungguhnya setiap orang akan dibalas berdasarkan apa yang dia niatkan" HR. Abu Abdullah Muhammad bin Isma'il dan Muslim

Sebagai penutup, terkadang terlalu banyak social media yang menyita waktu kita, tanpa terasa kita bisa menghabiskan tiga jam lewat begitu saja hanya klak klik ke sana ke mari di berbagai social media yang kita ikuti. Jadi berhati-hatilah dan selalu bijaksana menggunakan waktu.

Wal ‘ashr, innal insaana la fi qushr, ila…


~ Thiya Renjana ~
Palasari, Bandung

5 komentar:

  1. emoticon-nya cakep² dan cantik²

    :h:

    BalasHapus
  2. yup...segala pekerjaan bisa berubah hukumnya tergantung kita memanfaatkan dan membawa ke arah mana pekerjaan itu.membaca Al-Qur'an bisa menjadi haram, dan mengkonsumsi khamr bisa jadi mubah.....itulah.Semga kita trus berpegang teguh pada Kalamullah, Hadits dan Sunah Rasul, serta ijma' ulama.wallahu a'lam
    kumaha ih emoticonx.nyungkeun ih .... dan bageur

    BalasHapus
  3. kalo mo pasang emoticonnya di komentar, ketik kode di samping gambar emoticon yg dipilih..
    Misal utk emoticon nangis :i:

    Kalo mo pasang di blog, ini linknya

    http://blog-triks.blogspot.com/2009/06/pasang-emoticon-di-kotak-komentarversi.html

    BalasHapus

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ