Sabtu, September 04, 2010

Berjuang untuk cinta

Bismillahirrohmaanirroohiim...

Bukan hobi saya telfon-telfonan lama. Walau tarif telfon hampir semua provider terbilang murah sekarang, saya justru memilih provider yang tarif menelfonnya agak mahal walau ke sesama operator. Alasannya agar tidak ada yang betah menelfon saya lama-lama, terutama kawan laki-laki. Di keluarga saya image anak perempuan telfon-telfonan itu tidak baik. Walaupun sedang ngobrol dengan kawan perempuan, seringnya dikira ngobrol dengan laki-laki.

Tapi untuk saudari jauh saya, kita sebut saja dia Sun Flower, sangat betah telfon-telfonan lama. Dan saya sering jadi korban temen ngobrolnya. Setiap kali dia menelfon saya dan kawan lainnya selalu berjam-jam. Mulai dari nostalgia jaman sekolah, cowok kecengan [ups!], tema-teman yang sudah menikah dan punya anak, fashion, sampai curcol masalah pribadi. Dan walaupun saya sudak memakai nomor provider 'mahal', dengan wajah tanpa berdosa dia selalu meminta saya mengganti kartu di hape dengan kartu yang satu operator dengan miliknya. Dan lagi-lagi, yang ditelfonnya mau tidak mau menjadi pelacur alias pelayan curhat :D

Saya tidak terganggu dengan konsultasinya, mengingat saya sendiri suka kalau punya teman senasib sehingga bisa saling berbagi dan menguatkan. Hanya saja, curhatnya yang hanya menyangkut satu permasalahan itu-itu saja selama bertahun-tahun membuat saya ingin juga menumpahkan unek-unek di Lazuardi ini.

Bagi orang yang melankolis, percaya atau tidak, kenangan akan cinta pertama begitu membekas. Luka karena cinta pertama sangat sulit diobati. Bahkan ketika luka tersebut sembuh, bekasnya akan tetap ada di sana. Setiap perkataan, sikap, benda, permintaan, apa saja darinya mengendap dalam otak dan bangkit kapan saja setiap kita menemukan hal-hal yang bisa membangkitkan kenangan.

Dulu, saya pernah memanggilnya "Bintangku" dan sering sekali menulisi buku saya dengan puisi yang saya puja: "Bukan hanya kupanggil kau Bintang, kau memang Bintang, Bintang yang bersinar di hatiku...". Dan akibatnya sekarang setiap saya menemui apa pun berbentuk bintang atau berbau bintang, kata-kata itu kembali terngiang di telinga saya. Gila! :))

Masih banyak lagi hal-hal yang bisa membangkitkan kenangan. Padahal semua itu kecil-kecil dan sepele. Ya.. seperti segala pernak-pernik bintang tadi. Hal seperti ini tanpa disadari merupakan sebuah jebakan lembah waktu yang membuat kita tak bisa menatap masa depan. Terjebak dalam lembah waktu seperti ini membuat kita terus ter-ilusi dan luka tersebut tidak akan pernah sembuh.

Saya mungkin tidak menyadari bahwa saya tiba-tiba sok bijak setiap menjadi pelacur a.k.a pelayan curhat-nya dia. Ditemani hembusan angin menjelang dhuhur, saya tersenyum sambil membatin, “Sun, tidak ada yang perlu kamu tangisi darinya, kamu punya segalanya. Jangan berfikiran pendek. Masih banyak pria lain yang lebih baik dari dia dan  bisa membahagiakanmu, insya Allah”
Tapi sesering saya menyarankan itu, sesering itu pula dia menyanggah, "saya nggak bisa ngelupain dia, Thi. Dulu saya sangat berusaha keras untuk bisa menerimanya dan mencintainya, tapi kenapa malah seperti ini akhirnya? Kalaupun saya dengan orang lain sekarang, apakah tidak kasihan sama lelaki yang baru sebab saya nggak bisa membalas perasaannya?"

Ah, saudariku. Memang tak mudah, tapi bukan berarti mustahil. Saya tahu tidak ada yang lebih mending dari nasib setiap manusia. Satu orang akan mengatakan nasib orang lain lebih baik darinya, begitu pula sebaliknya. Yang membedakan hanya iman dan syukurnya. Nasib saya yang tidak ada kejelasan pertunangan bertahun-tahun juga tidak bisa dikatakan lebih baik dari ketidakjelasan pernikahanmu selama bertahun-tahun. Tapi dengan statusmu yang free, seharusnya lebih keras lagi berusaha membuka diri. Bukannya terus mengungkit-ungkit yang telah lalu walau itu adalah cinta pertama.

Saya kira, hanya ada satu cara untuk keluar dari jebakan ilusi tersebut. Figur baru! Ya, hanya figur baru yang bisa membuat kita membangun harapan yang benar-benar baru, membuat kita kembali bersemangat. Tidak dapat dibohongi, kita tetap membutuhkan cinta yang berbalas. Kita butuh curhat pada orang yang juga menyayangi kita juga. Itu manusiawi.

Jadi, janganlah lama-lama terjebak dalam ruang waktu masa lalu. Buka diri, buka hati, selalu membuka diri terhadap figur baru. Kegagalan demi kegagalan hanyalah keberhasilan yang tertunda. Ketika pada saatnya nanti kita berhasil, kita akan lebih menghargai keberhasilan itu. Seperti yang pernah saya katakan, cintailah dan sayangilah orang yang mencintaimu, jangan buat dia bersedih, karena masih banyak orang yang belum mendapatkan anugerah seperti itu. Kelak, kamu mungkin menyesal pernah terlalu cinta pada seseorang pada saat yang salah, tapi kamu tidak menyesal karena setiap kegagalan selalu membawa pelajaran baru.

Kalau cinta itu memang ada, kenapa mesti butuh perjuangan untuk menggapainya?

Kalau quote yang ini, adalah status FB seorang kawan. Melihat statusnya, saya teringat sebuah kisah inspiratif dari halaman Dalam Dekapan Ukhuwah yang saya baca tadi pagi.

Ketika Ibrahim meminta kepada Rabbnya untuk ditunjukkan bagaimana yang mati dihidupkan. Maka saat Rabbnya bertanya, "Belum yakinkah engkau akan kuasaKu?", dia menjawab sepenuh hati, "Aku yakin. Hanya saja agar hati ini menjadi tentram."
Tetapi keajaiban itu tak datang serta merta di hadapannya. Meski Allah bisa saja menunjukkan kuasaNya dalam satu kata "Kun!", kita tahu, bukan itu yang terjadi. Ibrahim harus bersipayah untuk menangkap lalu mencincang empat ekor burung. Lalu disusurnya jajaran bukit-berbukit dengan lembah curam untuk meletakkan masing-masing cincangan. Baru dia bisa memanggilnya. Dan beburung itu mendatanginya segera.
Di sinilah rupanya keajaiban itu. Setelah kerja yang menguras tenaga.

Di lintas sejarah berikutnya, Hajar dan bayinya telah ditinggalkan oleh Ibrahim di lembah itu. Sunyi kini menyergap kegersangan yang membakar. Yang ada hanya pasir dan cadas yang membara. Tak ada pepohonan tempat bernaung. Tak terlihat air untuk menyambung hidup. Tak tampak insan untuk berbagi kesah. Kecuali bayi itu. Isma'il. Dia kini mulai menangis begitu keras karena lapar dan kehausan.
Maka Hajarpun berlari, mencoba mengais jejak air untuk menjawab tangis putra semata wayangnya. Ada dua bukit di sana. Dari ujung ke ujung coba ditelisiknya dengan seksama. Tak ada. Sama sekali tak ada tanda. Tapi dia terus mencari. Berlari. Bolak-balik tujuh kali. Mungkin dia tahu, tak pernah ada air di situ. Mungkin hanya ingin menunjukkan kesungguhannya pada Allah. Sebagaimana telah ia yakinkan sang suami, "Jika ini perintah Allah, Dia takkan pernah menyia-nyiakan kami!"
Maka keajaiban itu memancar. Zamzam! Bukan dari jalan yang dia susuri atau jejak-jejak yang dia torehkan di antara Shafa dan Marwa. Air itu muncul justru dari kaki Ismail yang bayi. Yang menangis. Yang haus. Yang menjejak-jejak. Dan Hajar pun takjub. Begitulah keajaiban datang. Terkadang tak terletak dalam ikhtiar-ikhtiar kita.

Mari belajar pada Hajar bahwa makna kerja keras itu adalah menunjukkan kesungguhan kita kepada Allah. Bekerja saja. Berjuang saja. Maka keajaiban akan menyapa dari arah tak terduga.

Kawan FB tadi, saudari saya itu, saya sendiri, dan mungkin anda yang kebetulan sedang membaca ini hanya perlu lebih keras lagi berusaha juga doa, agar Allah tahu kesungguhan kita.

Satu jam lagi waktunya berbuka, Saat berbuka adalah saat diijabahnya doa olehNya, maka mintalah padaNya... Saya berdoa semoga Allah sedang memberi yang terbaik untuk kita. Allah pasti selalu memilihkan yang terbaik untuk hamba-Nya, apapun pilihan itu, hanya saja manusia yang tidak bisa memahami bahwa anugerah dari Allah saat ini adalah yang terbaik untuk dirinya. Saya berdoa semoga saya dan kalian semua yan masih sendiri dimudahkan jodoh dan diberi jalan dari apa-apa yang mempersulitnya.

Terakhir Al-Quran diturunkan sebagai peringatan dan kabar gembira.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, 
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." [QS: Al Baqarah 216]

Ayat di atas sebagai penghibur hati saya setelah ikhtiar dan doa, jika tidak sesuai yang saya harapkan pasti Allah memberikan gantinya yg lebih baik. Amin ya Rahman ya Rahim.

Karena yang saya tahu dari pengajian pra nikah dan pernah baca di Al-Quran: Mitsaqan Ghaliza.

Mitsaqan Ghaliza mengandung arti perjanjian yang kokoh.
Dalam Al Qur'an kata mitsaqan ghaliza hanya dipakai 3 kali saja:
1. Allah SWT membuat perjanjian dengan para Nabi Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa (Al Ahzab 73:7)
2. Allah SWT mengangkat bukit Thur di atas kepala bani Israil dan menyuruh mereka bersumpah setia pada Allah (An Nissa 4:154)
3. Allah SWT menyatakan hubungan pernikahan (An Nissa 4:21)

Perjanjian pernikahan antara suami dan istri disejajarkan dengan perjanjian para Nabi, perjanjian dengan bani Israil, sesuatu yang agung dan berat.

Selain itu juga saya mengharapkan buah hati nanti adalah keturunan yang sholeh/sholehah. Karena itu orang tuanya sejak saat ini harus menjadi yg sholeh/sholehah. Jika niat nikah adalah hanya karena mengharap ridho Allah SWT insyaAllah mendapat BAITI JANNATI - Rumahku surgaku.

Selamat berjuang sahabat-sahabat - Allah SWT sedang menilai hambaNya.


Ngabuburit dulu, yuuk marri....

~ Thiya Renjana ~
Life is like puzzle.
Keping yang satu untuk saling melengkapi keping kehidupan yang lain dan menjadikannya itu sempurna.
Aku mau kamu menjadi keping terakhirku...
dan Kau jadikan aku halal baginya di antara yang paling halal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ