Minggu, September 05, 2010

Dalam Dekapan Ukhuwah

Bismillahirrohmaanirrohiim....

Di buku ini, Dalam Dekapan Ukhuwah, kita ingin meninggalkan bayang-bayang Narcissus. Kita ingin kecintaan pada diri berhijrah menjadi cinta sesama yang melahirkan peradaban cinta. Dari Narcissus yang dongeng, kita menuju Muhammad yang menyejarah. Pribadi semacam Sang Nabi ini yang akan menjadi telisik pembelajaran kita. Inilah pribadi pencipta ukhuwah, pribadi perajut persaudaraan, pembawa kedamaian, dan beserta itu semua; pribadi penyampai kebenaran.


Tak ayal, kita harus memulainya dari satu kata. Iman. Karena ada tertulis, yang mukmin lah yang bisa bersaudara dengan ukhuwah sejati. Iman itu pembenaran dalam hati, ikrar dengan lisan, dan amal dengan perbuatan. Kita faham bahwa yang di hati tersembunyi, lisan bisa berdusta, dan amal bisa dipura-pura. Maka Allah dan RasulNya telah meletakkan banyak ukuran iman dalam kualitas hubungan kita dengan sesama. Setidaknya, terjaganya mereka dari gangguan lisan dan tangan kita. Dan itulah batas terrendah dalam dekapan ukhuwah.

Dalam dekapan ukhuwah kita menghayati pesan Sang Nabi. “Jangan kalian saling membenci”, begitu beliau bersabda seperti dicatat Al Bukhari dalam Shahihnya, “Jangan kalian saling mendengki, dan jangan saling membelakangi karena permusuhan dalam hati.. Tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara..”

Dalam dekapan ukhuwah kita mendaki menuju puncak segala hubungan, yakni taqwa. Sebab, firmanNya tentang penciptaan insan yang berbangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal ditutup dengan penegasan bahwa kemuliaan terletak pada ketaqwaan. Dan ada tertulis, para kekasih di akhirat kelak akan menjadi seteru satu sama lain, kecuali mereka yang bertaqwa.

Dalam dekapan ukhuwah, kita mengambil cinta dari langit. Lalu menebarkannya di bumi. Sungguh di surga, menara-menara cahaya menjulang untuk hati yang saling mencinta. Mari membangunnya dari sini, dalam dekapan ukhuwah. Jadilah ia persaudaraan kita; sebening prasangka, sepeka nurani, sehangat semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji.
Dalam dekapan ukhuwah, kita akan mengeja makna-makna itu, menjadikannya bekal untuk menjadi pribadi pencipta ukhuwah, pribadi perajut persaudaraan, pembawa kedamaian, dan beserta itu semua; pribadi penyampai kebenaran. Dalam dekapan ukhuwah, kita tinggalkan Narcissus yang dongeng menuju Muhammad yang mulia dan nyata. Namanya terpuji di langit dan bumi.


Baca reviewnya saja sudah suka sekali. Apalagi setelah membaca halaman demi halaman. Menelisik setiap kata penuh hikmah goresan Salim A Fillah, menyelami kisah-kisah penuh ibrah dari para Shahabat. Bintang sepuluh lah buat buku ini. Yang belum punya segera saja hunting ke Toko Buku ^^

Karena beda antara kau dan aku sering jadi sengketa
karena kehormatan diri sering kita tinggikan di atas kebenaran
karena satu kesalahanmu padaku seolah menghapus
sejuta kebaikan yang lalu
wasiat Sang Nabi itu rasanya berat sekali:
“jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara”

mungkin lebih baik kita berpisah sementara, sejenak saja
menjadi kepompong dan menyendiri
berdiri malam-malam, bersujud dalam-dalam
bertafakkur bersama iman yang menerangi hati
hingga tiba waktunya menjadi kupu-kupu yang terbang menari
melantun kebaikan di antara bunga, menebar keindahan pada dunia

lalu dengan rindu kita kembali ke dalam dekapan ukhuwah
mengambil cinta dari langit dan menebarkannya di bumi
dengan persaudaraan suci; sebening prasangka, selembut nurani,
sehangat semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji

Buku milik saya ini dikirim langsung dari pihak penerbit tanpa melalui Pos. Biasanya kalau melalui Pos akan lekas sampai dan tidak salah alamat karena sudah langganan, sudah kenal dengan tukang posnya. Tetapi kali ini, si pengirim sampai harus muter-muter. Pagi-pagi si pengirim menelfon di nomor lama saya —yang entah kenapa kebetulan sedang saya aktifkan di siang hari— mengabarkan sudah sampai di daerah Buah Batu. Saya pikir sebentar lagi pasti sudah tiba di rumah mengingat jarak Buah Batu - Bojongsoang hanya sekitaran 10 menit saja. Tapi sampai waktu Dhuhur saya SMS ke rumah katanya masih belum ada kiriman. "Huwaaa, nyasar kemana bukuku???," cemas saya dalam hati.
Dan ternyata buku baru sampai ke rumah sekitar jam setengah tiga sore. Kata Bapak si pengirim, dia muter-muter cari alamatnya. Heheu.. Kasihan. Resiko punya rumah nun jauh mendaki gunung lewati lembah sungai mengalir indah ke samudera :D

Sejak out dari pesantren dua tahun lalu, rak buku saya penuh. Tak cukup tempat untuk buku-buku baru. Terpaksa buku-buku lama di-museum-kan. Yang membuat saya terharu, selepas out dari Pesantren, saya hanya membeli satu buku sedangkan buku-buku baru yang sebanyak itu hasil dari pemberian dan kiriman sahabar-sahabat luar biasa saya. Dan buku ini termasuk di antaranya, dari seorang sahabat dekat yang luar biasa.

Subhanallah... --nangis terharu--

1 komentar:

  1. numpang komen,,,
    nemu kat5a-kata lazuardi di sini. salam kenal :)

    BalasHapus

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ