Selasa, Desember 21, 2010

Ia: Buruk Sangka | Keyakinan Yang Salah

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Tak ingin pelangi pergi, kutulis sajak sepi. Tak ingin hujan berlalu, kucumbui satu per satu.

Di luar hujan. Hujan yang galau, pelangi yang parau. Kembar siam dengan hatiku. Terganggu siang malam oleh perasaan. Bagaimana caranya membuatnya kembali? Menjadikannya percaya lagi? Untuk sesuatu hal yang jadi kehormatan diri, yang diragukan hingga ia caci. Harus dengan bahasa apa aku wartakan sakit hati juga benci? Selama ragu itu ada dan tidak sepenuhnya hilang, aku ingin ia tak kembali. Setiap pagi dan malam hari, hati meminta jawaban atas tanya yang diajukan "siapa yang salah atas semua kecurigaan yang menimpa diriku?" satu jawab yang pasti adalah "tidak ada yang patut dipersalahkan".


Aku kecewa, menyesal, marah, rindu, benci. Benci padanya juga pada diri sendiri. Benci karena aku tak bisa seteguh ia saat begini. Aku ingin ia hilang tapi matanya sudah terlanjur hujan. Merintikkan bulir-bulir kenang hingga hatiku tergenang.

Benci pada apa yang kurasa sekarang, tak ada lagi percaya diri. Merasa hanya sampah sepah tak berarti. Benci ketika menyadari ketegaran dan kepercayaan diri mudah sekali pecah berserpih-serpih. 
Seorang "aku" yang dipandang oleh sahabat-sahabatku kuat,
seorang "aku" yang dipandang adik-adikku hebat,
seorang "aku" yang dianggap teladan oleh semuanya,

ternyata hanya seorang yang dibangun oleh rasa pujian,

bukan karena diri sendiri..
bukan karena sifat pribadi..
ataupun bukan aku yang sebenarnya…

Kala semua orang bangun untuk dirinya sendiri, aku di sini hanya sanggup berdiri dengan satu kaki dan mengemis kepercayaan orang lain….

Penemuan terindah dalam hidup ini adalah ketika kau sedih dan kau memiliki pundak seorang sahabat untuk menangis. Berat rasanya menanggung beban yang tak juga kumengerti. Rasanya sudah tak ada lagi tempat di kepala, sekarang menjadi sesak saat ia yang kuharap menjadi solusi malah membuatku mati. Coba saja ia pahami. Bahwa aku bukan orang yang sempurna, tapi aku ingin menjadi seseorang yang dicinta tanpa syarat. Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri. Bukan perempuan sempurna seperti dikata kawan-kawannya atau hasil observasinya.

Semalam kami membuat kesepakatan yang bagiku seperti berusaha mendelete aku dari memory otaknya. Ia memilih tak perlu bertanya kabar, seperlunya bertegur sapa. Kilahnya untuk membekukan perasaan, menormalisasi segala kegalauan. Tapi aku tak bisa. Aku tak bisa sabar menahan diri dalam waktu yang terlalu jauh untuk bisa kuterka. Itu seperti menumpuk rindu menjadi luka-luka kecil. Aku pikir aku bisa mengatasinya, menunggunya untuk percaya dan keadaan menjadi kembali seperti mula. Tapi mungkin perlu waktu. Dan mungkin itu butuh waktu sebanyak selamanya. Jadi pergilah saja. Biar aku basuh sepatunya dari debu di perjalanan hidupku, dengan sabun nomor satu; air mataku...

~ Thiya Renjana ~
Bandung, 21122010
Bagi saya, 3 makhluk yang diciptakan Allah untuk menguji kesabaran manusia:

1. Iblis
2. Syaithon
3. Su'udzon

Menyakitkan menjadi korban su'udzon atas sesuatu yang dianggap kehormatan. Pengorbanan, kesulitan, dan kesempitan yang ada di jalan ini, mengharuskan kita memiliki pijakan yang kuat. Tak ada tempat bagi mereka yang memiliki tekad lemah dan hati goyah.
“Dagangan Allah itu mahal”, kata Rasulullah. “Dagangan itu ada Syurga”, lanjutnya.

1 komentar:

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ