Selasa, Desember 28, 2010

Obituari Kasih

Bismillahirrohmaanirrohiim...

dan sampai pada kesudahannya
pada batas ini kubagi separuh jiwa untuk yang terakhir kalinya

Di jalan asing, di hari itu. Sinar mekar tanpa membakar. Di pesan ke entah,
kita sama-sama tahu –baris-baris tak berhujat
setebal kitab itu tak mudah untuk bersahabat. Karena kita adalah dua nama
yang tak pernah kita kenal.
Dan hidup adalah cerita yang tak putus dari perpisahan,
hujan, panas, dan lupa.


ketika itu :

Seorang perempuan berkerudung lembut meremuk pasir pantai di telapak tangannya dan
berkata, ‘barangkali saja ia akan mengingatku di menit itu selamanya’,
sejak itu, perempuan itu selalu membersihkan kenang
di ujung ombak.
Agar tak jadi debu.

Seorang perempuan berkerudung lembut memilin-milin lipatan waktu di matanya dan
bertanya, ‘kelak, masihkah ada waktu bagi kami menyampaikan sajak kepada senja?’
Sejak itu, perempuan itu selalu menyusun kata di bibir pantai.
Agar tak jadi luka.

Sembilan Desember. Tengah hari tahun dua ribu sepuluh. Ingatkah kamu?

kisahku :

Aku telah membeli tiketku sendiri untuk menjemput
detik-detik mati yang tak sempat terselip
di padmasanamu.

obituarimu :

Kamu memang datang.
Dengan siluetmu yang kerap berhenti di belakang titik hilang.
Di depan kening yang tak lagi mampu
memicing. Sampai aku menoleh lagi. Mencari-cari

–apakah benar dirimulah yang sejati?

Dalam legamnya bola matamu
yang tak kunjung menyampaikan arti.
Hanya saja, tepat di depan pasar yang menutup dan jalan lengang,
ada perpisahan, yang mengawali hujan.

Tanpa jawaban.
Dan panas-panas yang tertinggal setitik.
Sesudahnya, kamu tahu selain itu, aku takkan mampu mengingat apa-apa.
Aku adalah beranda.
Dan kamu adalah senja.
Aku cemas menantimu datang dengan keindahanmu yang lalu pergi.
Dan buatku menanti setiap hari.


Pagi ini. Lagi. Kamu mengajarkan kepadaku. Bagaimana mencintaimu dengan menghargai perbedaan antara kita. Beda rasa.

Hari ke 28 di bulan Desember. Melupakanmu sama halnya seperti mengingat seseorang yang belum pernah aku kenal.
Seteguh apakah BASkara bersemayam di hati ketika sekuatnya aku lupakan hingga sakit? Maafkan, aku sedang tidak berselera untuk disiksa.
Mungkin hanya soal waktu, walau mungkin itu sebanyak selamanya.
Doa terakhirmu; atas yang terbaik untukmu dan untukku, semoga Allah mengabulkan.

Aku bebatu, engkau waktu
Siapakah yang akan lebih sanggup menahan ngilu?

~ Thiya Renjana ~
Bandung, 28122010


Bagai jejak yang tersapu ombak.
Aku biarkan rasa ini lenyap terbawa riak.
Beriring kepergianmu yang sekejap.

Aku jejak pasir yang dipinang ombak pantai,
lalu laut menjelmakan aku buih,
perlahan hilang....

Kau, tak boleh berlama-lama bertamu di pikiranku. Pergilah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hatur tengkyu atas kunjungan silaturahimnya.
Orang keren pasti koment ˆ⌣ˆ